Selasa, 13 November 2012

30 Reasons To Smile - Epilog

Menatap mata anak laki-laki remaja di depan gue ini dengan sayang. Dia sedang menghabiskan makan malam nya dengan lahap. Gue bersyukur akan malam ini dan otomatis mengelus adik nya. Telpon rumah bunyi.
" I'll get it. Maybe da. " kata gue tersenyum lalu bangkit dengan sedikit kepayahan.
Mengangkat telpon wireless itu sambil jalan kembali ke meja makan nemenin dia.
" Hallo? "
" Hey, lof. How's Dubz? How's our boys? "
" Gloomy..without you. Yakin banget bilang boys?! " gue tersenyum.
" Can't wait to see all of yis. Aku mau bikin pengakuan! "
" Pengakuan dek? Hihi.. " Glen juga tertawa di seberang sana.

Ingetan gue kembali ke 3 tahun lalu. Bau air laut, bunyi musik dan terpana melihat Glen terjun ke kolam renang sewaktu diwawancara sama vh1 buzz. Kata nya ditantang, iya sih..cos gue liat host perempuan yang berambut afro ikutan terjun. Tapi kata Danny dia terlalu excited akan sesuatu. Oh, our kiss?
Setelah itu dia ke kamar ganti baju dan muncul lagi dengan naroh bunga mawar di sebelah gue duduk.
" Thank you. Eh, buat aku kan? "
" Tadi nya mau nyari bunga furze tapi gak ada. "
" Gak takut dilihat fans kamu? " jahil.
" Masa aku takut? Klo bisa malah aku kasih tau ke seluruh dunia. "
" Semacam reality show gtu? Ogah. "
" Ya enggak lah, sayang. "
Ketawa berbarengan.
" I'll say that I have a girlfriend, tapi aku gak mau kasih tau nama kamu, lain soal klo kita lagi pergi berdua. Biar kamu aman. Kaya Luke. "
" Protektif. "
" I am. "
" Kamu yakin bener aku pengen pergi sama kamu. "
Glen melotot. Gue terbahak.
Kami berdua menatap laut dari tempat duduk yang biasa dipake orang buat berjemur dan memperhatikan orang yang lalu lalang. Merapat dan lengan kami saling bersentuhan.
" Spontan bener yah kamu hari ini? " kata gue lembut.
" Terjun ke pool? Hehe.. "
" Itu sama ciuman tadi. "
" One thing lead to another. "
Dia mengedipkan sebelah mata dan gue tersenyum lalu melempar pandangan ke laut.
" Aku bersinar. "
" Heh? " kata Glen sambil nengok. Gak ngerti.
" Semua orang memperhatikan. Pasti yang lewat di depan kita langsung nengok. I'm sitting with you and I'm glowing. "
" You're beautiful, that's why. And I love the word 'us'. I love you. "
" Since when? " kata gue.
" Apanya? "
" You realized it. Bukan nya di bandara.. " sengaja menggantungkan kalimat.
" Setelah itu di mobil. Aku berpikir. Kenapa aku bukan sama orang yang memang dari awal udah aku pikirin waktu dengar, lihat atau merasakan cinta? Apalagi setelah kita ketemu di pernikahan ibu kamu. Ditambah pengakuan jujur kamu di bandara waktu itu. "
" Pacar kamu? "
" Tadi nya aku pikir aku kebawa suasana dan berusaha tetap sama dia, tapi well...hubungan itu memang salah dari awal. Kami putus sebulan kemudian. Aku liat kamu pake gaun pengantin itu..hati ku sakit di satu sisi tapi..kamu cantik sekali di situ. "
" Thanks. You shud see the mad bride pic. "
Gue ketawa. Lalu berhenti dan memperhatikan wajah laki-laki di depan gue. Wajah nya serius sekali.
" Aku cemburu banget sama Mike. "
" Really? Haha! "
" Just look at him. He's good looking enuff. A doctor just like your step dad. Seems like he's a good man. "
" He is. Aku bersalah sama dia. Blunder. Rebound. You name it. "
" Jadi aku satu-satu nya? " kata Glen dengan nada sombong.
" Haha! Sombong nya..iya iya! " gue cubit hidung nya.
Glen mengepalkan tangan dan membentur-bentur kan nya di jidat gue. Tersenyum lebar karena gue merindukan ini.
" Oh iya, satu lagi momen pencerahan itu pas aku nemuin kamu tidur di kamar Luke di rumah. "
Glen mengambil cell phone nya, gak lama dia nunjukin sesuatu.
" What?! Kamu foto aku?! "
" Yea. " muka Glen memerah.
" Buat obat kangen. Well, lebih dari moto sih.. " kata dia lagi.
" Hah? Apa lagi? "
" Aku mandangin kamu tidur lumayan lama. Thank God buat kebiasaan kamu yang biasa tidur dengan lampu nyala. "
" Itu aja? Aku kaya nya waktu itu mimpi dicium gorilla deh.. " Gue memicingkan mata curiga.
Kami berdua ketawa bareng.
" Inget pas aku cerita malam sebelum pa meninggal? "
" Iya. Maaf yah aku gak ada pas kamu melalui itu. "
" Gak papa kok. Obrolan sama pa lah yang bikin aku nekat di bandara. Pa bilang klo kamu ke rumah waktu itu. "
" Yes, aku nyari tau kamu di mana sekarang. He's a nice man. Aku ngobrol sedikit sama dia. "
" Pa bilang, klo kamu memang the love of my life, aku harus berjuang. Give myself a chance. One last chance. Jadilah itu pemicu omongan jujur aku di bandara. "
" I thank God for that then. Klo gak gitu aku gak tau perasaan kamu yang sebenarnya ke aku. Aku mungkin gak akan seperti ini sekarang. Bilang cinta sama kamu. "
" I love you too, G. Always am. Always will. Harus nya kamu gak perlu ragu sama hal itu. "
Diinterupsi Danny yang dateng pake kaos merah dan celana pendek.
" Let's do the cannonball!!! " dia narik tangan gue. Kocak banget cara nya bilang cannonball. Goyang-goyang kepala gitu dengan mimik orang ketawa.
He surprisingly did amazing! Do the backflip dan byuuuurrr...cipratan air membasahi orang-orang yang ada di pinggir kolam. Semua teriak-teriak dan bertepuk tangan. Gak nyangka mungkin klo vokalis seganteng dan semanis dia bisa gila kaya gitu.

Kembali ke saat ini..
" Pengakuan apa? "
" Klo aku kangen sarapan sama kamu. "
" Haha! Dasar. Maka nya cepet pulang. Danny sama Mark lagi sama kamu? "
" Enggak. Aku sama supir. A little bit tired. Mau ke flat. "
He makes me smile. Kadang gue suka mengingatkan, klo kecapekan gak usah nyetir. Seneng klo dia nurut.

Ah, Mark. Malam setelah pengakuan dek dan backflip Danny, kami berdua ngobrol serius. He's a husband and a dad. Jadi wajar klo dari dia lah gue dapet nasehat. He's drinkin' his wine dan gue makan es krim. Yang lain sibuk main fusball.
" Glen selalu tau klo he'll end up with you. Dia itu butuh security, perasaan di mana dia dan perasaan nya aman terjaga. Tanpa takut dikhianati dan ditinggalkan. Itu kenapa akhirnya dia kembali ke kamu, Dee. Terbukti dengan kamu masih di sini buat dia. Mencintai nya dari awal sampe akhir. "
" Amen. "
" I pray that it will last forever. Both deserved it. "
" Amen. Thanks, M. "
" Dan gue gak akan heran klo nanti Glen melamar. " perkataan M ini bikin gue terbatuk. Tersedak ludah sendiri. Weird.
" No way. Remember Luke's ma? "
" Taruhan gitar gibson?! "
" Oh come on! I'm not that rich. "
" Lu bisa nabung mulai sekarang.. " Mark tersenyum jahil.
Danny seneng banget akhirnya gue sama Glen menjalin hubungan lagi. Dia yang ngasih tau arti tulisan Gaelic di salah satu halaman booklet Science and Faith yang ditulis Glen.
" To my girlfriend, love you loads. Glen. "
Itu artinya. Dan dia suka ngeledekin kelemotan gue buat nebak hint yang dia kasih di note itu. Haha! Yes, gue terima. Gue emang paling gak bisa main tebak-tebakan.
Mark mendapatkan gitar gibson warna abu-abu gelap di pernikahan gue. Pernikahan sederhana dan gue gak pernah lihat Glen se-charming hari itu. Super ganteng dan dia membuat gue menangis pas mengucapkan janji pernikahan bikinan nya sendiri. Plus dia nyanyi 'How Deep Is Your Love' nya Beegees sendirian dengan gitar. Ah, dad. Hope you're watching me from above with na and pa.
Luke mempersembahkan lagu dengan solo piano nya, Beautiful Day dari U2 dibuat ballad. Beautiful tune. The Script nyanyi I'm Yours dan No Words. Dan sebuah surprise buat Glen waktu gue sama Luke memainkan lagu Signal Fire dari Snow Patrol. He's on the piano and helping me with vocal. Mata Glen memerah pas dia meluk dan nyium gue setelah lagu itu selesai dibawakan. Credits to Luke! He's an amazing musician.
It was such a beautiful day. Sempat merasa ragu tapi begitu liat Glen berdiri di sana, hilang semua rasa ragu itu. Malah pengen langsung bilang 'I do'. Dansa pertama kami adalah yang terindah, dengan lagu Chocolate High. One of our anthem.

Luke tau kami bersama lagi pas surprise skype. Pagi nya setelah 'memutuskan bangun'. Bill berbaik hati tukeran kamar sama Glen. I text him dan bilang mau skype-an klo ada waktu. Dia excited dan langsung nyalain laptop nya.
" Ada yang mau say hi! " kata gue sambil senyum-senyum, 5 menit setelah kami basa-basi.
" Siapa? " kata Luke.
" Pacar aku. "
Luke muka nya berubah. Ada mimik defensif.
" Hey, son. "
Glen duduk di sebelah gue. Muka anak itu priceless banget!

Mengelus-elus perut sambil mandang Luke. Gue dan Glen menikah setahun lalu dan merasa diberkati dengan kehadiran anak ini. Di perut. Luke seneng sekali akan punya adik. Kami tinggal di rumah gue. Keputusan bersama yang gak ditentang Glen. Dia punya prinsip untuk memanfaatkan yang ada, bukan membeli yang baru walaupun mampu, masih ada yang lebih penting. Pendidikan our first son, Luke, misalnya. Kadang anak itu masih nemenin Gary and Helen. Tapi sejak gue hamil, dia selalu di sini. Apalagi his da lagi di London. Rekaman album baru. 4th album.
" Da kapan pulang? " kata Luke.
" Tuh ditanya Luke kapan pulang! "
" Haha! Soon. Tell him I miss him. " kata G.
" Da's missing ye. " kata gue.
Luke tersenyum lebar. Bell pintu bunyi. Selalu gak tega ganggu Luke klo lagi makan, lagian gue harus sering jalan ke sana ke mari.
Ke pintu depan sambil terus ngobrol sama Glen ditelpon.
" Aku buka pintu dulu, lof. " kata gue.
" Oke. "
Buka pintu dan di sana lah laki-laki itu berdiri. Laki-laki bermata biru tua. Cinta. Dada rasa nya hangat begitu lihat wajah nya. Tersenyum lebar dan siap memeluk gue. Membentangkan tangan nya lebar-lebar.
Lalu memeluk gue..
Lalu perut gue sakit..
Kontraksi..
Sakit yang hebat..
Sepertinya anak ini terlalu excited untuk bertemu da nya.
Luke di kemudi, Glen memegangi tangan gue di jok belakang.
Rumah sakit..
Bayi perempuan paling cantik yang pernah gue liat.

Dia berambut gelap dan bermata biru gelap.
Glen dalam wujud bayi perempuan.
Hello, Alicia Helen Power.
Lalu kebahagiaan kebahagiaan dan kebahagiaan lain setelah nya hadir...

Senin, 12 November 2012

30 Reasons To Smile - Chapter 75

Celingukan di lobby, baru sampe udah ngilang aja si Bill. Kapal pesiar yang sungguh besar. My first time ever! Disambut dengan welcome drink karena apparently Bill membeli paket yang VVIP di cruise ini. Kata front officer nya, Bill tadi ke arah bar, langsung sms dia. Gue tunggu di sini sambil minum mix tropical fruits.
Tersedak sedemikian hebat nya begitu liat flyer di meja. They're here! Glen's here! The Script is here! They'll have some acoustic show and a live gig here! Gawd! Unexpected. I'm not ready. I wanna go home now. Gak mungkin gak ketemu sama at least one of them.
" I'm.. " gue ngangkat koper dan berbalik.
Tapi lalu darah gue berdesir, badan tiba-tiba lumpuh. Gue tau itu siapa, Colin lalu disusul Ben masuk. Akan check in. Gue masih mematung, gue sangat berharap Glen yang terakhir masuk supaya gue bisa sempet kabur. Tapi dia di sana, masuk setelah Ben, awalnya sibuk sama koper nya lalu..kami berdua berdiri diam saling berhadapan.
Semua indera yang gue punya seperti berpusat pada nya. Mata gue gak lepas mengamati mata nya yang walau ada beberapa meter di depan gue, terlihat sangat indah dan jelas. Biru gelap. Telinga gue seperti kedap, gak denger suara-suara orang-orang yang ada di sini. Padahal di sini tadi ramai. Seakan cuma ada kami berdua sekarang. Lidah gue kaku, walau sangat ingin berucap sesuatu, setidaknya memanggil nama nya. Hidung gue hanya mencium bau (yang sepertinya) after shave merek YSL.
Dan tangan gue mengirim halusinasi yang cukup aneh, karena somehow gue bisa merasakan tangan gue di rahang nya, merasakan rambut-rambut sedikit kasar sisa dari cukuran nya tiap pagi.
Tapi kenapa dia bersikap yang sama? Diam saja di sana tanpa melepas pandangan.
Tersadar saat sesuatu..atau seseorang? Menabrak lalu membenamkan badan gue di badan nya yang seperti raksasa bahkan untuk ukuran orang Eropa.
Daniel John Mark Luke O'Donoghue.
" Gue gak tau lu ada di sini juga! Kok gak bilang? " kata nya riang.
" Gue gak tau klo kalian juga ada di sini. Ini dadakan. "
Setelah pelukan dilepas, gue menyapa yang lain. Lalu Glen. He's hugging me after he kissed my cheeks.
" Soo good to see ye here. "
" It's a shocking surprise for me in fact. "
" Mrs. Adams, tas anda mau dibawakan ke honeymoon suite? Mr. Adams nanti akan menyusul kata nya. " kata seorang cowok berpakaian seragam.
Hening karena honeymoon suite disebut. Danny, Glen, memandang gue kaget.
I wanna be here with him tapi gue juga harus cari udara segar dulu, menenangkan diri karena tau akan 5 hari di dekat Glen. Kalo begini gue gak mungkin kabur keluar kapal kan?
" No, thanks. Saya ke atas sendiri. "
Cowok itu tersenyum lalu meninggalkan gue setelah menyerahkan kunci berupa kartu.
" See ye around, lads. " kata gue sambil melambaikan tangan.
Belagak tenang lalu pas di lift, gue menghembuskan nafas panjang sambil memejamkan mata. Bersandar di dinding lift. Takut disorientasi. Dan cincin pernikahan Bill sama C masih di jari manis gue. This stoopid ring stucked in my finger waktu gue coba! Dipake sabun, olive oil, apapun, tetep aja gak mau lepas. Sampe akhirnya give up. Mungkin nanti klo berat badan gue turun baru bisa dilepas.
Kamar yang dipilih Bill juara dunia! Besar dan ditata indah plus romantis dengan bunga di mana-mana. Di atas bed cover ada kelopak bunga mawar merah berbentuk hati malah. Gue gak menikmati nya, masih kepikiran pertemuan tadi. What do I do now? Di kamar aja 5 hari ke depan? Gak dewasa sama sekali, Dee. Menghindar. Kaya keluar kamar langsung ketemu mereka aja.


Butuh waktu lama untuk melakukan sesuatu setelah masuk kamar. 1 jam ada kali duduk di balkon sambil mandang laut. Sebentar lagi kapal akan berlayar. Mencari telpon genggam gue yang berbunyi. It’s a text from Luke.
“ Dee! Where are you? Busy? Need to skype. “
“ Kind of. I’m out of town, kiddo. I’ll let you know if I could. “
“ Ah. That’s okay. Take care. “
“ Yeah. You too. :-)
Bill masuk lalu bilang makan malam sebentar lagi udah bisa diambil. Kartu VVIP nya dia yang pegang, tapi dia bilang sih pasti semua kru kenal wajah gue. Cuma ada dua pasang tamu honeymoon VVIP soalnya. Nanti aja gue keluar nya. Bill mandi sementara gue teringat paket dari Danny yang dikirim ke kantor tadi. Di luar mulai gelap, tapi ada suara-suara musik dari dek yang kedengeran. Laut tenang sekali. Sekarang di tangan gue ada 2 CD. Satu warna biru dengan gambar seperti mural dengan tangan menengadah dan di atas nya ada sepasang laki-laki dan wanita yang berdansa. Satu lagi warna dasar cover nya coklat dengan sepasang tangan bergenggaman. The Script dan Sience and Faith. Akan mendengarkan yang biru dulu. Dibuka dan ada kertas di tempelkan ke cakram nya.

“ Enjoy! See the unseen. Know the unknown. Hope you’ll find your way. Love, D. “

Gue tersenyum. Tidak membawa earphone laptop dan terpaksa mendengarkan dengan loudspeaker saja. Dan menemukan diri gue menangis lebih deras di tiap track nya. Mereka memang hebat, tapi gue lupa mereka sehebat ini. Kemudian tersentak di lagu nomer 9. Is it my name on it? Is it for me? This song?
“ Kenapa? “ kata Bill yang udah ganti baju. Sudah mandi dia.
“ Haahhh..nay. “ gue geleng-geleng kepala.
Dia ambil album Science and Faith di meja. Lalu dibaca dan kemudian paham.
“ Ayo dinner. Belom makan apa-apa kan sejak tadi siang? “
“ Aku gak laper. Mau dengerin 2 album ini dulu. Nanti klo laper aku kan bisa minta room service. “
“ Bener ya? “
Gue ngangguk lalu tersenyum. Bill mencium ubun-ubun gue sambil sedikit menggosok lengan gue. Seperti nya khawatir.
Tenggelam di dua album itu berjam-jam. Menangis lebih banyak lalu tertidur. 2 album itu banyak menyiratkan patah hati, seperti keadaan gue. Selimut sudah menutupi setengah badan dan Bill tertidur di kasur nya. Entah dia masuk kamar jam berapa. Perut gue terasa sangat lapar. Mandi dulu baru sarapan di restoran. Previlege nya banyak klo jadi tamu VVIP memang.
Senjata ampuh untuk menutupi mata bengkak adalah kacamata hitam. Yes.

“ Poor him. “
“ Yea, tapi dia itu pernah bilang di salah satu interview radio klo cedera dia itu malah selalu bikin dia semangat. Jadi klo dia lagi down, dia akan liat foto kepala nya setelah operasi waktu itu, dan Glen bilang luka nya kaya curva terbalik. “
“ Oh, yang dia bilang 30 reasons to smile itu? “
“ Iya. “

3 perempuan muda yang duduk di sebelah gue berdiskusi asik sekali. Tadi nya gak mau serius nguping, tapi kaya nya mereka salah satu fans The Script. 2 orang terdengar lebih tau daripada satu perempuan lain berambut pirang. Lalu setelah itu mereka membahas Danny.
Takut mereka ngeh gue mendengarkan percakapan, gue buru-buru menghabiskan sarapan dan kembali ke kamar. Entah sekarang lagi ada keriaan apa di dek dan lagi ada di atas perairan mana kami sekarang.
Menemukan cowok super tinggi itu di depan pintu kamar. Dia tersenyum lebar begitu gue samperin dan langsung meluk.
“ Your cell phone is off. Why? “
“ Oh. Sorry. Mungkin batere nya abis, Danz. Udah lama nunggu yah? Ada apa? “
“ Emang nyari elu harus karena ada sesuatu yah? “
“ Enggak juga sih. Oh iya, makasih 2 album The Script nya. Great albums. Well done. “
“ Thank you. Udah baca pesan gue? “
“ Umm..udah. Tapi blom ngerti. Bisa dijelasin? “
“ Gak mau. Eh, nanti sore ke dek yah? Kami main live acoustic session  di dek. “
“ Oke. Boleh sekalian minta tanda tangan dong? “
“ Boleh! Minta apa aja boleh. “
Dia ketawa. Lalu pamit pergi, mau liat keyboard nya udah terpasang dengan benar atau belum di venue.
Mengecek cell phone begitu masuk kamar. Bill entah kemana. Langsung ada beberapa text messages. Dari mom, Bill, Danny, Luke dan Glen.

“ Tried to call you like million times. Liat The Script tampil yah nanti di dek. Would great if I could see ye. :-) “

Gue bales. “ Oke. “ Simple.
Kepala gue dipenuhi percakapan 3 orang perempuan di restoran pagi ini. Langsung teringat waktu itu di rumah sakit. Foto itu pasti yang dimaksud perempuan tadi. Mendapati diri gue tersenyum. Dia masih inget obrolan kami tentang luka di kepala nya yang distaples dan membentuk senyum terbalik itu. Mari masuk dan kembali tenggelam di keindahan lagu-lagu mereka.

Sebener nya agak ragu tapi akhirnya ke dek juga sore itu. Lihat The Script tampil dari jauh. Glen pake kacamata hitam. Akustik live dan gue lupa bawa 2 CD nya. Stupid.
He looks soo charming when he's doing ‘his thing’. Danny tambah keren aja. I know I know..gue baru dua kali liat mereka live, tapi beneran mereka tambah keren! Doing a very great acoustic version of some of their tracks. I do stand up and clap. They’re that good! Akan tampil lagi besok malem dengan live band, bukan akustik. Tadi itu Glen pake kacamata sekalian nyari gue gak yah di antara para penonton? I dunno. I’m hungry now. Bill tadi kata nya mau liat Colbie Caillat dan nunggu gue buat makan malem bareng di restoran Italy yang ada di kapal ini.
Setelah makan malem, Bill gak ngebolehin masuk kamar, temenin dulu ke bar kata nya. Dia mau liat band temen nya tampil. Deck Of Jack.
Baru sadar itu band salah satu presenter tv yang familiar. Gue aja yang lupa. Dikenalin sama mereka. Bill nonton nya maju ke depan panggung sementara gue duduk di bar. Minum apple juice. Diliatin pas tadi pesen ini. I don’t wanna drink alcohol tonite, gila aja klo nanti Bill mabuk. Harus ada salah satu dari kami yang sadar.
Kemudian di tengah pertunjukan, entah dari mana, si vokalis menemukan Glen dan Danny dan nyuruh Glen naik panggung. Ditantang kolaborasi langsung tanpa latihan sebelum nya. Jadilah mereka mainin turtle wax. Seru! Gue sampe berdiri. I’m proud of him. Glen’s drumming skill is the best!
Telpon bunyi pas gue bersembunyi di toilet.
“ I wanna see you. Klo kamu blom tidur. “
“ Aku capek, Glen. Ini mau masuk kamar. “
“ Emang abis dari mana? “
“ Ngobrol di dek. Setelah aku liat kalian tampil dan dinner. “
“ Kamu tadi nonton? Aku kira enggak. Besok nonton yah? Abis itu..dinner maybe. Rame-rame aja jga gak papa. “
“ Oke. Bisa diatur. Nite, G. “
“ Uum..nite, Kay. Sleep well. “
“ You too. “
Kirim pesan ke Bill klo gue langsung naik ke kamar. Menyelinap sambil tengok kanan kiri, takut Glen atau siapa pun ngeliat gue masih di sini. Gue gak ngerti kenapa gue begini? Tapi gue takut nanti klo ketemu Glen, perasaan gue akan timbul dan terlihat jelas lagi. Gak mau berharap tapi lalu tau dia punya pacar. Mending menghindar selagi bisa.
Kembali terbuai sama 2 album The Script, Bill masuk kamar jam 4 pagi dan gue baru tidur setelah melihat matahari muncul.
Terbangun jam 3 sore. Haduh. Perut laper banget ini. Mengandalkan room service untuk kirim makanan untuk 30 menit lagi. Mandi dulu lebih baik seperti nya. Bill kirim sms kalo dia lagi berenang. Gue di sini kenapa jadi mengurung diri terus yah? Heran. Harus nya kan Bill yang patah hati? Kenapa malah gue yang di sini?
“ If I don’t see you tonite. I’ll throw meself to the sea! “ Danny kirim sms.
“ Just do it. ;p “
Eh, dia langsung nelpon. Marah-marah. Gue cuma cekikikan. Lalu terdengar ketukan di pintu. Room service.
Tapi kenapa ada Glen? Klo gini sih malah gak jadi makan kaya nya? Dan salah banget minta makanan nya ditaroh di meja depan sofa sama petugas room service nya. Masih membahana lagu Science and Faith. I am sooo busted. Booklet sama CD nya bertebaran di meja. Salah tingkah langsung ngerapihin meja, bersyukur tadi sempet mandi dulu. Hehe.. salah tingkah kedua adalah nawarin Glen minum dan kepentok pintu buffet yang nutupin mini refrigerator. Untung dia gak liat. Salah tingkah ketiga adalah langsung (pura-pura) sibuk makan.
“ Kenapa baru makan? “
“ Baru bangun. “
Gue senyum sambil mandang dia yang duduk di sofa sementara gue duduk di lantai karpet dengan makanan di ujung meja. Ada ekspresi seperti nemuin moment ‘aha!’ di wajah nya Glen. Dia minum light beer yang tadi gue kasih.
“ Where’s your husband? “
Dan gue keselek..keselek hebat! Glen sampe panik trus nyamperin gue, nyuruh gue minum air mineral yang ada di meja dan nepuk-nepuk punggung gue. Minum lalu terbatuk beberapa kali sampai akhir nya merasa baik-baik saja.
“ What did you say? “ kata gue . Takut salah denger.
“ Your husband. Where is he? “
Gue ketawa ngakak. Lama. Glen bengong dan muka nya priceless banget. Bikin tambah ketawa.
“ Is that why you got that ‘aha moment’ look when I said that I just woke up? Is it because of this? “ gue nunjukin jari manis bercincin berlian gue.
“ And because Luke showed me your picture on a wedding dress. “
“ He did?? “ gantian gue yang kaget.
Berpikir keras. Foto yang mana yah itu? Ah! Yang dimuat di web yayasan itu. Supaya orang-orang yang butuh gaun pernikahan tapi gak mampu bisa lihat contoh gaun yang tersedia.
“ I’m not married, Glen. This stupid ring stucked on my finger. “
“ Really? “
“ Iya. Mau coba tarik? “
“ Sini. “
Ajaib. Bengong sesi kedua karena Glen. Cincin nya bisa kelepas loh!
“ I..I swear it stucked! I swear! “
Gantian Glen yang ketawa gak berenti. Karena ngeliat gue panik berlebihan kali yah? Iya lah, takut Glen gak percaya klo cincin ini emang nyangkut. Menghabiskan sore dengan cara ini sangat menyenangkan. Kurang lebih gambaran salah satu lagu di album mereka yang kedua.

“ Saying things we haven’t for a while. Smiling but we’re close to tears, even after all these years. We just now got the feeling that we’re meeting for the first time. “

Glen di depan gue ini lebih terbuka dan ceria. Entah kenapa tapi beneran. Beda banget kaya terakhir kami di bandara itu. Gue memastikan klo yang dia kira suami gue itu adalah Bill. Dia memastikan gue hadir nanti malam di salah satu ballroom di kapal ini sebelum pamit mau last and final soundcheck lalu dinner.
“ Wanna join us? “
“ No. Thanks. Mau nunggu suami aku balik. “
Lalu kami berdua ketawa. He kiss my cheeks dan kami berpelukan cukup lama. Glen menghela nafas sangat panjang, bikin gue mikir.
“ Ada bunyi lega di nafas kamu. Kenapa? “
“ Kedengeran jelas yah? “
Gue mengangguk cukup jelas di bahu nya. Glen gak mau ngelepasin pelukan nya, jangan lepasin klo begitu.
“ Lihat aja di 2 album di meja kamar kamu itu. “ kata nya.
“ Sok misterius. “
“ Hehe..udah yah. Aku pergi dulu. “
Yah, pelukan nya dilepas. Gue tersenyum dan mengangguk.
“ See ye. “
“ See ye. Oh iya, you did amazing last nite. With Deck Of jack. “
“ Kamu liat? “
Gue ngangguk. Dia tersenyum lebar. Lalu pamit lagi dan menghilang setelah nengok 2 kali.
Kembali ke dalem dan langsung cek CD nya The Script di meja. Di CD nya gak ada apa-apa. Oh, booklet nya!! Album pertama gak ada apa-apa, album kedua…ada tulisan di gambar 2 tangan laki-laki dan perempuan yang saling menggapai itu. It’s Gaelic. Meh! He got me. Gue kan gak ngerti bahasa ini.
Bill dateng dan langsung mandi, dia ajak gue keluar dari kamar setelah rapi. Mari makan malam. Lalu nonton The Script.
Live show mereka keren sekali! Well done. Gue stay di ballroom sambil nunggu Glen bales SMS gue yang ngasih tau keberadaan kami. Gak lama dia pun nelpon dan gue menjelaskan tempat gue nunggu. Gak lama ketemu.
“ Ini Bill, suami gue. “
Gue sama Glen ketawa. Bill gak nyambung sama candaan kami kaya nya. Glen bilang klo Bill dia inget, kan ketemu di nikahan mom.
“ Salam sama yang lain. Kalian keren. I need to go, meet someone. “ kata Bill.
Hah?! Kakak gue ini! Pantesan aja gak betah di kamar! Dia mengedipkan sebelah mata nya. Glen ngajak gue ke backstage. Tapi dihadang beberapa fans yang masih stay di ballroom ini dan menyadari klo itu Glen. Ada yang minta foto bareng, sekelompok cewek-cewek. Karena gak ada yang mau motion akhir nya gue yang nawarin diri. Seneng liat cara Glen memperlakukan mereka. Ramah sekali dia.
“ Thanks, Glen. See you around. “ kata mereka hampir barengan.
“ Thank you for watching. Yuk! “ kalimat kedua ditujukan buat gue.
Dia gandeng tangan gue. Menemui Mark, Danny, Ben, Colin dan dikenalin sama Matt plus yang lain. Pindah ke salah satu bar lalu ngobrol agak lama.
“ Jadi, sudah tau, sudah liat dan sudah temukan jalan? “ kata Danny pas gue pamit ke kamar.
“ Belom. “
“ Heh? Payah!! Trus kalian ngapain? “
“ Kalian? Siapa? “ alis gue bertaut.
“ Kamu sama Glen. “ dia jitak kepala gue.
“ Danny! Sakit! “
Gue teriak dan bikin semua nengok.
“ Heh, udah malem. Yuk, Kay. “ Glen narik tangan gue.
“ See yis tomorrow… “
Gue tersenyum dan melambaikan tangan ke semua. Mereka ada jadwal interview sama vh1 besok di deket kolam renang, trus Danny kata nya mau ikutan cannonball contest. Gue sampe terkaget-kaget pas bilang dia berencana mau ikut. It’s a contest where you jump into the pool, dengan gaya bebas. Can’t wait to see him doing it!!
Gak ada yang terjadi pas Glen anter gue ke kamar. He kiss my forehead setelah meluk gue kaya tadi sore, lengkap dengan helaan nafas nya itu. Kecewa tapi..dia kan punya pacar yah..
Bangun jam 8 pagi dan Bill sepertinya tidur di tempat lain. Sofa kosong. Gak ada tanda-tanda dia pulang semalem.
Danny maksud nya apa yah? Dengan ucapan nya semalem dan note di paket CD itu. Glen bilang gue suruh liat di album, wait! He said albums! Apa yang dipunyain 2 album ini? Yang sama? There’s a knock on my door after I went to bathroom.
“ Glen? “
Kaget karena dia muncul dengan nafas gak teratur. Lari ke sini?
“ I don’t have much time. Need to do it and straight to an interview. “
“ Eh? “
Then he’s kissing me. It does feel like our first kiss. It’s passionate, beautiful, long, warm and gentle kiss. I’m kissing him back of course.
Terengah-engah setelah nya. Glen yang menyudahi karena dia harus pergi. Tapi dia tersenyum lebar.
“ Aku tunggu di dek dengan penjelasan. “
“ Glen? Apa yang musti aku lihat di 2 album ini? Yang kemaren kamu bilang itu. “ gue ternyata masih megang 2 booklet album The Script.
“ Nama kamu. “
Dia tersenyum lalu meninggalkan gue. I’m smiling from ear to ear waktu liat thanks to di album kedua. Nama gue ada di sana. Dan gue baru sadar sekarang. Dia tulis Deena di album kedua, di bagian thanks to dan Kay di album pertama, di track 9. Air mata gue turun. Tear of joy.

Deena, you are my grounding force in this life, I love you. “

“ If you see Kay, will you tell her that I love her. “

Jumat, 28 September 2012

30 Reasons To Smile - Chapter 74

Pa, aku udah bilang sama Glen tapi dia nya gak ada reaksi. Bahkan sekarang sudah berbulan-bulan setelah hari itu. Kami tetap berkomunikasi seperti biasa, tapi dia sama sekali gak mengungkit masalah itu. Mungkin dia memang menganggap aku teman biasa. Dia udah punya pacar. Oke, baiklah. Aku akan terima ini dengan lapang dada, pa. Setidaknya aku udah ngasih diri aku sendiri kesempatan.
Topik pertama yang keluar dari mulut gue saat berlutut di sana setelah meletakkan 2 buah mawar merah di pusara na and pa yang disatukan.
Sengaja ke London karena buku-buku jurnal pa sama Bill dijadiin sebuah buku novel yang indah sekali. Sudah jadi dan gue naroh satu salinan nya di makam pa. Setelah nya ketemu Danny yang mau liat-liat rumah pa. Akhirnya dia bosen tinggal di apartemen. Rumah ini, klo Danny mau, akan gue jual ke dia. Ini juga dengan catatan, klo dia mau jual rumah ini lagi, harus dijual ke gue. Keuntungan buku dan rumah akan disumbangkan ke yayasan sosial.
Danny suka sekali rumah nya, gak terlalu besar tapi nyaman. Dia juga sempet menanyakan hubungan gue sama Glen yang sepertinya, mengambil istilah nya dia, deket tapi gak berkembang. Glen sendiri sedikit tertutup kalau masalah hubungan nya memang. Gue cuma bilang..
" Yaaaa..begitu lah. "
Sambil tersenyum. Dia geleng-geleng gak ngerti dan ngangkat dua tangan nya dengan telapak tangan terbuka, minta penjelasan. Karena gue diem aja akhirnya dia gak nanya lagi. Dia tau klo gue gak mau cerita, berarti emang gak mau..blom mau tepatnya. Dia bilang sesuatu sebelum kami berpisah, pas dia meluk gue. Membenamkan badan gue di tubuh nya yang tinggi besar itu.
" I'm around, sweetheart. Always. "
" Thanks, Danny. " gue mendongak tanpa lepas pelukan nya.
" And you know my home. "
Kami berdua ketawa. Dia tadi sempet nonjok bahu gue karena gue blom beli album-album nya The Script. Nanti akan dikirim ke kantor gue kata nya.
" Pantesan aja mandek. " kata Danny tadi.
" Apa nya? " jidat gue berkerut.
Gak jawab, dia malah nyengir. Dasar cowok random.
Tidak mampir ke Dublin, selain karena cuma bisa ijin dari kantor 2 hari, gue juga mengurangi intensitas ketemu Luke langsung, takut gak bisa lepas dari dia. Akan aneh kalo gue deket-deket sama anak dari laki-laki yang sangat gue sayang tapi dia udah punya pacar. Awkward. Indeed.
Begitu kembali ke LA situasi agak hectic karena kejadian juga Bill sama C putus. Bill mergokin C berciuman mesra sama seorang cowok di sebuah bar. Kakak gue yang baik itu patah hati karena hubungan C lebih dari sebuah ciuman sama laki-laki itu.
Jadilah yang in charge di kantor adalah wakil direktur sama gue. Kewalahan. Ampun.
Gue juga selalu ke rumah Bill setelah pulang kerja. Dia cuma di kamar seharian, tidur dengan tirai-tirai yang tertutup. Sebentar lagi sakit bisa-bisa. Bukan cuma sakit hati doang. Ternyata angel on a dirty face gue ini bisa hilang pegangan juga yah?! Dikira dia lebih kuat dari gue klo masalah patah hati, ternyata enggak. Kami sama.
" Bill! Makan! "
Mum tadi mampir ke kantor bawa makanan. Dia tau gue tidur di rumah Bill terus sekarang, sejak sehari setelah dateng dari London.
Gue tarik selimut nya. He's sleeping dan make penutup mata pulak. Buka tirai kamar nya, at least lampu jalanan masuk ke dalem. Kamar ini masih rapih tapi aura nya suram. Bill narik selimut nya lagi. Gue ambil selimut itu dan gue hempaskan di sudut kamar. Lalu mulai cerewet, berkicau kaya burung sambil berjalan mondar-mandir di kamar nya. Mengulangi kalimat-kalimat nya pas dia tahu Glen lah penyebab gue berontak dulu.
Tapi lama-lama capek karena Bill gak berkutik. Kepala gue penat sama kerjaan dan Bill blom makan lebih dari 2 hari. Gue duduk di atas tempat tidur king size nya itu, bersila menghadap kakak cowok gue.
" I miss you. I miss my brother. You must eat something. "
Lalu mata gue mulai berkabut. Nangis sesenggukan sambil berulang-ulang ngomong 3 kalimat itu.
Lebih baik diisengin ratusan kali sama Bill di kantor. Dikasih banyak kerjaan, disuruh mondar-mandir ke percetakan daripada kaya gini.
" I'm lost without you. " I kiss his forehead.
Lalu menyusut hidung dan berdiri, butuh air untuk menjernihkan pikiran. Cuci muka akan terasa cukup untuk saat ini.
Antara seneng, haru, dan kaget liat Bill di dapur, manasin makanan bikinan mom seperti nya. Dia nyuruh gue duduk di kursi tinggi tanpa senderan dengan isyarat jarinya, lalu naroh piring di meja keramik depan gue dan ngisi pake makanan dari microwave. Ambilin gue minum juga. Dia ngelakuin yang sama buat diri nya dan kami pun makan dalam diam. I couldn't ask for more. This is enough for today. Progress.
Besok malem nya, lebih baik lagi ternyata. Ini malem pertama gue sampe sana tanpa liat dia masih tidur dan ada bau masakan enak memenuhi rumah. Makan malam lalu kami duduk di sofa ruang tamu sambil minum red wine. Malam ini saya akan menjadi pendengar buat Bill. Gak ngelakuin yang lain.
Malam berikut nya, iseng, gue make gaun C yang ternyata ada di closet lebar nya Bill, semua dikembaliin aja gtu.
C sedikit lebih kurus daripada gue tapi baju itu pas bener di badan.
" Ini baju mau diapain? " kata gue sambil pose. Bill motret gue.
" Buang aja. "
" Disumbangin aja gimana? Ada loh yayasan yang emang bergerak di hal kaya gini. Boleh? "
" Lebih baik gtu yah? "
Gue ngangguk dan dia setuju. Sepatu Manolo nya sayang tapi..gue gak suka sih pake high heels. Tapi mau diapain juga sepatu ini? Agak gila malam itu karena gue ambil pisau di dapur, difoto dengan tema mad bride. Bill sampe ketawa terbahak-bahak. Well, at least I can hear it again.
Luke protes karena gue udah lama gak skype sama dia. Begitu udah ngerasa bisa ninggalin Bill sendiri, gue tidur di flat lalu langsung bertatap muka di dunia maya sama Luke. Miss him too!
Baru lega setelah hari yang seharusnya hari pernikahan Bill dan C lewat. Sudah tanggal 27 April sekarang.
" Packing! " kata Bill jam 11 pagi pas gue baru aja selesai ngerjain email-email yang masuk. Berdiri di depan cubicle.
Melongo.
" Kapal pesiar 5 hari nya sayang. Ayok ke Florida sekarang! 3 jam lagi pesawat nya berangkat. "
" What? "
Ditarik-tarik sama Bill, berdebat apapun tetep aja dipatahkan dengan argumentasi nya. Kerjaan gue ada yang megang lah, dia udah bilang sama mum lah, semua beres klo gue ikut dia naik kapal pesiar.
" Ayo cepet! "
" Bentar! " gue hampir ngelupain paket yang baru dateng tadi, dari Danny dan blom sempet gue buka.

Sabtu, 15 September 2012

30 Reasons To Smile - Chapter 73

Cinta.
Semua orang punya cerita cinta masing-masing. Tapi cinta pastilah berakhir dengan perpisahan, entah karena cinta yang berkurang sampai hilang dan memutuskan untuk berpisah atau bisa juga perpisahan yang paling tidak diinginkan, perpisahan karena kematian.
Itu hal yang membuat gue termenung hari ini.
Na hanya bisa hidup tanpa pa seminggu saja. Sekali lagi gue bersyukur karena sehari setelah pa dimakamkan, gue mengikuti kata hati gue dengan memperpanjang masa tinggal di London. Tadi nya mau dua minggu, tapi ternyata gak sampai selama itu.
3 wanita 3 generasi duduk di beranda setiap hari selama 2 jam tiap habis makan siang dan malam. Kami bertiga berbagi cerita tentang 1 laki-laki yang sangat kami cintai itu. Kadang menangis tapi lebih sering tertawa. Hidup pa adalah sesuatu yang perlu dirayakan, jadi air mata kesedihan itu lebih jarang muncul dibanding tawa lepas kami.
Semakin banyak yang diceritakan mum and na tentang pa, gue semakin sayang sama beliau. Dan beliau ternyata mewariskan sebuah buku jurnal nya yang sudah usang, 3 buku. Menceritakan 3 era. Sebelum dan sesudah menikah dengan na. Dan era yang terakhir yang paling spesial, buku yang disebutnya era gue. Iya! Ternyata pa selama ini selalu menuliskan apa saja yang kami berdua alami. Perasaan pa dituangkan dengan indah waktu mum bilang pa akan dapet cucu perempuan 20-an tahun yang lalu, sampai momen terakhirnya sama gue kemaren, setelah kami ngobrol di malam itu.
Sama sekali gak nyangka gue akan dapet warisan seberharga ini! Cara pa menulis juga sangat apik, mengalir seperti cerita para penulis handal, mungkin ini yang dinamakan bakat. Buku-buku itu terlalu menarik sampai delay pesawat tujuan Dublin yang sedang gue alami sekarang sama sekali gak terasa. Pandangan gue menerawang lagi, jauh ke New York. Di mana sepertinya akan terjadi perpisahan karena keadaan.
Sebelum Bill berangkat ke New York dia cerita klo entah mengapa dia merasa ada yang lain sama diri C. 'Lain' nya adalah mereka sangat susah punya quality time lagi. Gue menghibur Bill dengan bilang klo C pasti sibuk, EO nya itu kan sedang banyak dipake orang karena sebulan yang lalu dipercaya sama salah satu selebriti hollywood untuk merancang pesta pernikahan nya, termasuk pesta lajang nya yang mengundang banyak kolega sesama artis maupun pelaku bisnis hiburan. Gue selalu menyebutkan pemikiran-pemikiran positif yang gue harap memang terjadi, sementara jauh di sudut hati juga merasakan bahwa ada yang berubah dari C yang sudah jarang sekali berkomunikasi via sms sama gue. Klo masalah ini gue belom bisa jujur sama Bill, masalah nya gue blom punya cukup bukti konkrit untuk mendukung asumsi gue.

Dari 2 itu, kisah gue sama Glen akan berakhir seperti yang mana?

Pesawat ini sebentar lagi akan mendarat di Dublin, kepala gue berputar di pertanyaan itu dari gue buckle up sabuk pengaman sampai pengumuman klo pesawat sudah berhasil mendarat mengudara.
Mana pun yang digariskan Tuhan, gue gak akan pernah menyesal pernah kenal sama Glen. Mencintai dia dengan sepenuh hati, tulus dan cukup. Laki-laki terindah, luar-dalam, yang pernah mencintai gue.
Menikmati siang sampai sore di Grafton Street. Malam ini akan ke rumah ma and da nya Glen, mau anter Luke setelah kami akan jalan-jalan dulu seperti waktu itu. Glen nya sendiri gak ada di Dublin, lagi ke luar negeri touring kata Luke, entah ke negara mana kali ini. Masih gak yakin apa gak ketemu Glen itu lebih baik buat gue atau enggak.
" Kay?! "
Mendongak dan menemukan wajah Nina. Gue meluk dia erat sekali. Lalu kami duduk di deket Molly Malone statue sambil makan kentang goreng.
" One more chance. "
Gue tersenyum setelah menceritakan apa yang dibilang pa tentang Glen.
" Tau kenapa kaya nya lu gak bisa jauh dari dia? Selain karena sayang yaaa... "
Gue menggeleng.
" Dia itu memperlakukan lu spesial, protektif seperti ayah ke anak nya. Lu kenal dia setelah ayah lu meninggal, jadi wajar lah lu gak bisa lepas dari dia. "
" Bisa jadi. "
" Give yer heart a chance. One more chance. Say that ye love him. Setelah itu lu akan tau kemana langkah selanjutnya. "
" Gue ngumpulin keberanian dulu. "
" Iya. It's not that easy I know. Gue sih tetep anggap kalian udah satu pasang. "
Gue tersenyum.
Memeluk Nina lalu berpisah, will catch Luke at his school. Just like our last met. Already told his na and da earlier.
" Just like our last one! " kata Luke begitu liat gue di depan sekolah nya. Sekolah yang beda dari 2 tahun-an yang lalu.
" Nice to meet you again too.. " gue tersenyum.
" Haha! Sorry. Get too excited. "
Peluk anak itu. Sudah besar. Lebih tinggi dan lebih tampan. Dan harum.
" Sudah besar sekali kamu, dear. "
" Iya dong. Nenek kan jago masak. Dad juga. " lalu dia nyengir.
" No doubt about it. Let's go. "
" Where? You're not gonna show up then leave again, aite? " wajah nya berubah cemas.
" Sorry. I'm leaving tomorrow. I hope I could take you to New York. "
" I wish. Dad said it's the best city in the world..well, after Dubz. "
" Yea. Kind of. " tersenyum lalu merangkul bahu nya.
Luke sudah makan, kami pun pergi ke karnival, semacam pasar malam. Bersenang-senang sampai beberapa jam kemudian lalu pulang. Sudah janji akan makan malam bersama di rumah orang tua Glen. Rumah yang waktu itu gue singgahi sehabis bertengkar sama mum, iya, rumah yang gue kira rumah Glen itu. Rumah di mana pertama kali nya gue..yeah, sudahlah.
Akan aneh kalau gue tidur di kamar Glen. Akhirnya gue minta Luke tidur di kamar Glen sementara gue tidur di kamar nya. Dia setuju tanpa banyak bertanya, he almost knew everything about me and his dad.
Tidur gue nyenyak malam itu. Luke sempet pamit pergi ke sekolah dianter kakek nya sementara gue masih setengah sadar. Gue cuci muka dan sikat gigi lalu keluar kamar untuk ambil minum di kulkas.
Tersedak hebat karena pas gue berbalik sambil minum, Glen masuk ke area dapur. Kata nya di luar negeri?
" Are you okay, Kay? " Glen mendekati gue dan menepuk-nepuk punggung gue pelan.
Sekuat tenaga menetralisir tenggorokan dan dada gue..ngangguk-ngangguk sambil terbatuk-batuk kecil.
" Harus nya kamu gak kaget, aku kan tinggal di sini. Aku yang harus nya kaget. "
Lalu dia ketawa. Kenceng dan lama. Tapi begitu liat gue cemberut karena ngerasa dia ngetawain gue, dia pun gak enak dan diam. Hening sejenak..lalu kami pun ketawa bareng-bareng. Kejadian yang aneh tapi lucu.
Selanjutnya..
Seperti mimpi indah. Sarapan bareng. Dia cerita klo pulang ke Dublin lebih awal karena kangen sama Luke. Dia anterin gue nemuin Shane untuk ambil titipan gitar akustik yang akan gue hadiahkan untuk Luke.
" You don't have too. "
" Kata kamu. He's my bestfriend. Masa gak boleh ngasih hadiah ke sahabat sendiri? Iri yah aku kasih dia gitar? "
" Bukan iri sama gitar nya. " kata Glen.
Kami lagi di perjalanan ke Graffton.
" Trus? Iri sama apa? "
" Iri dan lega sih sebenernya. "
Jidat gue berkerut.
" Kenapa bisa? "
" Iri sama hubungan kalian yang sedekat itu. I used to be your bestfriend, you know. "
" We were. But you know we can be bestfriend again. "
" Mau nya begitu. "
" Kenapa pake kata 'mau nya'? "
Glen diam. Kami baru ngobrol lagi setelah sampai tujuan dan duduk di restoran favorit kami berdua. Ngobrol yang ringan-ringan sampai akhirnya dessert kami datang.
" I'm so sorry about your grands. "
" They're together again now. That's all that matter. "
" True. " tersenyum manis sekali laki-laki di depan gue ini.
Karena dia menyinggung na and pa, gue jadi pengen cerita tentang malam terakhir pa sama gue waktu itu.
Baru mau cerita, Glen sudah bersuara lagi..
" I'm seeing someone now. "
Seketika semua terasa berhenti bergerak. Dada gue seperti disedot sehingga paru-paru jadi hampa udara. Tangan gue yang baru menyendokan tiramisu ke mulut lumpuh. Di mulut pahit lebih terasa dominan.
" Oh, well. Great news then. " gue tersenyum 2 detik. Palsu.
Berbohong. Menyendokan tiramisu lebih banyak sampai mulut penuh sehingga gue gak perlu bersuara dan menunjukan kalo tenggorokan ini tercekat karena menahan tangis.
Entah jago akting atau memang Glen gak liat gue sedikit berbeda dari 30 menit yang lalu, tapi setelah nanya basa-basi yang langsung gue belokan ke topik lain, akhirnya kami memutuskan untuk pulang.
Ketemu Luke lalu Glen akan anter gue ke bandara. Tahan tangis mu sampai di pesawat, dee.
Luke seneng banget liat ayah nya dan tambah seneng dengan hadiah dari gue. Sedikit sedih begitu tau gue akan pulang.
Berpikir sepanjang jalan. Omongan pa supaya gue bilang ke Glen klo gue sayang sama dia, omongan Nina..
" Thanks udah anterin aku. " kata gue sambil meluk Glen.
" No problem. See ye around. "
Ragu gue melepaskan pelukan nya dan tersenyum. Melambai lalu berbalik..kapan lagi klo gak sekarang? Wajah kakek melintas.

" Kalau dia memang the love of your life, yang seperti nya memang ada nya begitu, fight for him, lof. Say it at least one more time. Klo dia gak merasa hal yang sama, yang klo pa lihat gak mungkin, ya sudah berarti bukan dia jodoh kamu. "
 

Cuma bilang perasaan lu doang, dee.
Lalu wajah Luke setelah meluk gue tadi, sebelum gue masuk mobil yang disupiri ayah nya..
" Tell him. Just tell him. Apapun yang terjadi, jangan ragu. " lalu dia mencium pipi gue sementara gue masih memikirkan apa maksud anak itu dengan kalimat barusan. Apa dia tau gue sayang sekali sama ayah nya dan berusaha untuk bilang hal itu? Oh, little furze..
Gue berhenti berjalan, menarik nafas lalu berbalik. Glen baru saja mau balik badan, jalan ke arah pintu keluar bandara.
" Elvis! " gue manggil dia sambil jalan mendekat.
Glen langsung menoleh dan begitu dia liat gue jalan ke arah nya, dia diam. Tersenyum.
" Masih ada panggilan itu? "
" Always. "
" Ada yang ketinggalan? " kata Glen pas gue ada di depan nya, berdiri mengatur degupan jantung yang interval nya semakin naik.
" Iya. "
" Apa? Di rumah atau di mobil? Klo di rumah nanti aku paketin aja. " kata nya serius.
" Gak bisa. Harus diambil di sini. "
Jidat Glen berkerut.
Gue mendekat kan muka ke muka Glen lalu mencium nya. Lama dan penuh passion. He's kissing me back.  I didn't expect this tapi gak dipungkiri gue seneng juga. Bernafas adalah hal yang menghalangi gue untuk meneruskan. Gue taroh satu telapak tangan gue di rahang nya, menatap dia lembut lalu meluncurlah kalimat-kalimat ini, yang gue pendam sejak malam itu di London.
" Glen, di kepala ku berkecamuk macam-macam kalimat yang ingin aku lontarkan. Tapi entah kenapa mulut ku gak bisa berucap. Sebelum aku naik pesawat aku harus bilang ini dulu supaya aku lega. Glen Joseph Power, I love you. Always am and always will. "
Muka Glen terlihat kaget.
" Don't say anything. I just want you to know that there's no one but you. Cuma kamu. Aku gak berharap kamu kembali, sekarang kamu punya seseorang yang aku tau dia pasti yang terbaik. Aku cuma mau kamu tau. Itu aja. "
" Aku tau. " kata nya mengangguk lalu tersenyum.
Panggilan pesawat ke London pun bergema. Sekali lagi kami berpelukan. Glen mencium jidat gue sebelum melepaskan pelukan nya.

Sabtu, 11 Agustus 2012

30 Reasons To Smile - Chapter 72

Menghirup udara London dalam-dalam. Rumah di depan gue terlihat tenang. Tempat paling menyenangkan di London.
" Oh, dear! What a surprise! "
Na meluk dan nyium gue lama sekali. Pa langsung berdiri dari kursi goyang nya di teras belakang pas lihat gue. I had a bad dream yesterday and bisa meluk mereka adalah kelegaan tersendiri.
" Kamar aku masih ada? Atau udah dijadiin gudang? " kata gue becanda.
" Mana mungkin lah, sayang. Rumah ini forever yours. "
" Thanks, na. I love you and I miss your home made meals! "
" Mau makan apa malam ini? "
Gue tersenyum.
3 hari berikutnya gue habiskan sama mereka berdua. Full gak kemana-mana. Malam ketiga, na udah pamit tidur duluan dan gue sama pa ada di sofa, berbagi selimut sambil menonton tv. Gue menyenderkan kepala gue ke bahu nya dan he hold my hand with his big left hand.
" Pa baru inget, waktu itu ada yang ke sini cari kamu. Attractive man. " gue langsung menegakkan kepala.
" Siapa? "
" Temen kamu yang waktu itu dateng malem-malem ke sini, yang duduk sama kamu di batu di taman belakang. "
" Danny? Pa ngeliat aku sama dia waktu itu? "
" Iya. Pa lagi ambil minum di dapur. Pa tau kalian lagi gak bisa diganggu, jadi gak pa samperin. Dia dateng seminggu setelah kamu ke New York. Sama 1 orang lagi. "
Jidat gue berkerut.
" Botak? Berjambang? "
" Enggak. Lebih pendek dari..siapa? "
" Danny? "
" Iya, Danny. Lebih pendek dari dia, pake anting di telinga kiri. "
" Glen. " kaget tapi gue gak sengaja tersenyum.
" Hey, senyum apa itu? "
Kepergok sama pa dan muka gue langsung merah.
Akhirnya gue cerita tentang Glen.
" Pa bisa lihat dia menyesal, lof. Dia pikir awal nya itu yang dia mau, ternyata gak. Kalian masih berhubungan? "
" He bought me a mac for my birthday present. "
Iya. Glen mengirimkan gue hadiah yang di alamat kan ke kantor. I said it's too much but dia mengingatkan klo dia 'hutang hadiah ulang tahun' ke gue. Itu juga adalah hadiah saran dari Luke, dia membocorkan klo laptop yang gue pake sekarang udah gak bagus.
Pasti karena tempo hari gue bilang speaker nya kadang bermasalah.
" Kalau dia memang the love of your life, yang seperti nya memang ada nya begitu, fight for him, lof. Say it at least one more time. Klo dia gak merasa hal yang sama, yang klo pa lihat gak mungkin, ya sudah berarti bukan dia jodoh kamu. "
" You think so, pa? " kata gue.
" Yes, lof. "
Pa memandang gue lalu nyium kening gue. I kiss his cheek then hug him.
" I love you, pa. "
" Love you more, dear. Okay. Sleep time. Goodnite, cutie pie. "
" Goodnite, pa. Sleep tight. "
" I will. "
Pagi hari nya. Tidur gue terbangun karena na menjerit-jerit dari kamar. Setelah itu semua seperti mimpi. Pa is gone.
Mom, Derek and Bill on a jet. Na gak mau pergi dari samping peti berwarna hitam di ruang tamu. Memandangi Pa dan megang tangan beliau, tapi tidak menangis. Melihat mereka, seperti Na sedang menyanyikan lagu perpisahan untuk Pa. Setiap gue gak kuat, gue akan lari ke kamar.
Pa meninggal karena serangan jantung waktu tidur. Bagaimana takdir kadang tidak bisa ditebak. Semalam kami masih ngobrol di ruang tv.
Glad that I flew to London 4 days ago. Glad that we went to many places across London the day before yesterday. Glad that I said I love you to Pa last nite.
" Why is it hard to catch u up this couple of days? " Danny.
" Danz, I'm in London since a few days ago and my grand pa is just passed away. "
Lalu gue mulai menangis.
" Oh my God. Rumah mana? Yang waktu itu kan? I'm on my way. "
Klik.
Danny memeluk gue sangat kencang pas tiba di rumah.
" He said you're attractive man. " kata gue di sela tangis.
" He did? "
" Yea, he saw us that nite. He told me last nite. "
" Oh, love. "
Kembali dipeluk dan dibenamkan ke dada nya. He stay until dawn, until mum, Derek and Bill datang. Gak sanggup liat mum sedih. Bikin gue nangis. Danny tadi nya gak mau pulang, tapi gue paksa dia pulang. Besok pasti dia ada kegiatan lain kan?
Bill gantian yang mendampingi gue, Shena sama Pete baru akan tiba besok pagi. Sedangkan ayah nya Shee tadi udah ke sini sebentar. Aku belum siap pisah sama kamu, Pa.

Minggu, 05 Agustus 2012

30 Reasons To Smile - Chapter 71

Gue terdiam lama. Ngaku gak nih?
" Who's Kay? Who's this? "
" It's bucket. I remember your voice like I remember Luke's, Kay. And he called you furze. "
Okay. Gak bisa bohong. Damn it!
" Hunk, aku balik yah? " kata Mike lalu cium pipi gue.
" Okay, see you at my apartment, Mike. "
" Gak mau dijemput? " kata Mike.
" Sama Bill aja. "
Kemudian kembali menyumpahi diri sendiri. Kenapa kenceng banget ngomong nya? Glen pasti denger. Haduh, Dee nya kenyang jadi agak bodoh seperti nya.
" Oh, aku ganggu yah? " kata Glen.
" I'm still at my office, just got back from lunch. How's Luke? "
Glen cerita sedikit lalu memutuskan menutup telpon karena gak mau ganggu gue yang lagi di tempat kerja. Okaaaayy..dia beneran kan? I mean, motivasi nya nutup telpon beneran karena itu kan? Bukan karena denger gue janjian di apartemen sama Mike? Haaaahhhh!! Stoopid, Dee!

I'm barely remember December, January, February. Now where I am? It's my birthday and siapa yang ngingetin? Bocah di depan gue, millions miles away. Lengkap dengan cupcake yang dihiasi lilin yang menyala.
" Happy birthday, Dee. Aku mau nyediain banyak tapi aku makan satu aja udah kenyang. "
Gue ketawa. Yaiyalah dia yang akan makan cupcake itu.
" Rasa apa itu, dear? "
" Vanilla. "
" Your favorite! Help me blow the candle, okay? "
" Make a wish first! Nanti klo udah baru suruh aku tiup. " kata nya.
Gue memejamkan mata, berdoa lalu membuka mata dan nyuruh Luke blow the candle.
Kami berdua bertepuk tangan setelah lilin padam. Luke makan kue itu dengan lahap, menyenangkan melihat dia seperti itu.
Mengobrol 1 jam lagi dan kemudian dia nyuruh gue tidur. Klo gak disuruh juga gak akan selesai. It's always fun talking to this kiddo. Lebih sering ngobrol sama dia dari pada ayah nya. Padahal sekarang ayah nya punya semua akses untuk menghubungi gue. Maybe he's just not into me anymore. Hal pertama yang dilakuin cowok yang sayang sama cewek itu adalah selalu berkomunikasi. Sibuk bukan alasan.
Mom's calling me at 7 and wishing me a prosper life ahead. Derek ikut nimbrung juga di telepon. Di kantor dapet surprise dari Bill dan yang lain. And grands call me in the afternoon. I'm coming next week, grands. Finally! It's Bill, mum and Derek's birthday gift for me. Happy.
Mereka bertiga selalu ada buat gue, apalagi sejak Mike pulang ke LA setelah hubungan kami merenggang karena kami mencoba berkencan tapi gue gak bisa membohongi diri gue sendiri. Dari awal Mike tau itu tapi dia keras kepala untuk mencoba dan akhirnya tersakiti. Gue sama sekali gak bermaksud untuk itu, gue juga gak yakin sama hubungan kami.
I don't have anyone as my boyfriend. Not Mike, apalagi Glen. So let's just focus on this book publisher.
Memandangi tiket pesawat di tangan gue, mungkin mereka berpikir gue butuh liburan. Bukan sekedar ke New Jersey atau Staten Island. I need to see grands and more british accent. I can go to Dublano, salah satu cara Luke nyebut Dublin, and pergi ke restoran hijau di deket lampu lalu lintas itu. Ke The Bottom Of The Hill, maksud nya. Ketemu Nina yang sekarang sudah menikah sama salah satu suplier minuman yang memasok restauran.
Maybe bisa janjian sama Shee dan Pete juga? That would be nice.
Sampai rumah dan menghidangkan kopi ke saudara gue yang paling ganteng ini.
" No birthday dinner, why? " kata Bill.
" I just need some time, Bill. "
" Are you okay, sis? You need to get laid sometime. "
" BILL! That's rude! " gue geplak lengan nya.
" Haha! Sorry. Eh, gue udah reservasi tiket buat bulan madu akhir May loh. "
" That's cool! 5 days on a cruise. That would be a perfect time to feel the sea breeze. "
" Yep. Jangan bilang sama C yah? "
" Siap boss! "
" I'm gonna miss you when you're in London. You must have fun! "
" Yea. "
" You MUST, Dee! Beberapa bulan ini terlalu workaholic kamu! Kangen yah sama Mike? "
Gue menggelengkan kepala.
" Hmmm..nanti gue kenalin sama salah satu temen gue yang pemain baseball deh. "
" Gue gak suka dijodohin, Bill. "
" Ya udah cari pacar dong! Sebentar lagi gue sama C nikah, gak akan punya banyak waktu luang buat kamu..mum kan ngurusin dad. "
" Santai aja kenapa sih? " gue menjulurkan lidah.
" Gue cuma gak mau..to be honest, kamu tuh udah kaya bukan Dee yang biasa, gak seburuk pas baru dateng ke sini waktu itu sih..tapi, entah kenapa kamu beda lah. "
" Udah sana pulang! " kata gue sambil ngusir Bill.
Susah bikin dia pergi tapi akhir nya ninggalin gue sendiri di apartemen.
Baru nutup pintu, telpon bunyi..
Danny. Bibir gue langsung membentuk kurva.
He's singing happy birthday song in Gaelic after I said 'Hello'.
Rame-rame..eh, with Glen dan Mark juga apa yah?
" Happy birthday, Dee. " Mark. Bisa bedain klo mereka gak ngomong barengan.
" Thanks, Mark. "
" Happy birthday, love. Gak telat kan yah? Di sana jam berapa? " kata Danny.
" Almost 10. Where are you? "
" We areeee..in..ask him! "
Lalu suara Danny menghilang.
" Dan? "
" Nope, it's Glen. Maaf mengecewakan. "
" Haha! No. Aneh aja tiba-tiba gak ada suara nya. "
Dada gue berdetak lebih kencang. Meraih sebuah boneka dan meluk boneka kodok itu. Berharap boneka ini Glen.
" Mau nanya apa tadi? "
" Oh, eh..kalian di mana emang? "
" We're in Glasgow. Ada show di sini. "
" Wah, keren! How are you? "
" Amazing. "
Lalu Glen cerita macem-macem, background nya tadi berisik..sekarang udah lengang. Mungkin dia pindah ke tempat lain.
30 minutes. Waw! Gue takjub. Gak pernah lagi kami ngobrol di telpon selama ini.
" Need to do some interviews now. "
" Good luck, then. Not like you need one. "
" Just like what you always say to Luke. "
" Yes. He's your mirror. "
" How..do..oh, bentar Kay. "
Suara Glen menghilang sebentar. Entah kenapa gue tersenyum terus.
" Kay? "
" Still here. "
" Aku tutup dulu ya. "
" Oke. Have a nice gig. "
" Thanks. See ya. "
" See ya. " gue menunggu dia menutup telpon duluan.
" Oh iya, Kay. "
" Ya? "
" Happy birthday. Have a good one and I hope you'll always be happy. "
" I will. Thanks, Elvis. "
Glen ketawa. I miss that laugh! Ketawa yang terdengar gak niat tapi emang ketawa be
neran. Sangat Glen.

Sabtu, 28 Juli 2012

The Script #3







Yes! SO CAN NOT  WAIT FOR THIS! September, please come faster! :D
The first single's Hall Of Fame, an inspiring song feat will i am and was airing for the first time in Indonesia at 27th July 2012 at Oz Radio jakarta. My fav band and my fav radio station came together. Couldn't be any happier! :D

Hall Of Fame (lyric) by The Script feat. will i am

Yeah, You can be the greatest, you can be the best.
You can be the king kong, banging on your chest.
You can beat the world, you can beat the war.
You can talk to God, go banging on His door.
You can throw your hands up, you can beat the clock.
You can move a mountain, you can break rocks.
You can be a master don't wait for luck.
Dedicate yourself and you gon find yourself.

Reff :
Standing in the hall of fame.
And the world's gonna know your name.
Cos you burn with the brightest flame.
And the world's gonna know your name.
And you'll be on the walls of the hall of fame.

You can go the distance, you can run the mile.
You can walk straight through hell with a smile.
You can be the hero, you can get the gold.
Breaking all the records they thought never could be broke.
Do it for your people, do it for your pride.
How are you ever gonna know if you never even try.
Do it for your country, do it for your name.
Cause there's gon be a day when your..

Back to Reff

Be a champion!
Be a champion!
Be a champion!
Be a champion!
On the walls of the hall fame.

Be students, be teachers, be politicians, be preachers.
Be believers, be leaders, be astronauts.
Be champions, be true seekers.

Be students, be teachers, be politicians, be preachers (be preachers).
Be believers, be leaders, be astronauts, be champions.

Back to Reff

(You can be a champion)
You can be the greatest.
You can be the best.
(You can be a champion)
You can be the king kong, banging on your chest.
(You can be a champion)
You can beat the world.
You can beat the war.
(You can be a champion)
You can talk to God, go banging on His door.
(You can be a champion)
You can throw your hands up.
You can beat the clock.
(You can be a champion)
You can move a mountain.
You can break rocks.
(You can be a champion)
You can be a master.
Don't wait for luck.
(You can be a champions)
Dedicate yourself and you gon find yourself.

Standing in the hall of fame





PS : In love with The Script all over again. I'm a proud script fans!!

30 Reasons To Smile - Chapter 70

I wish I could go to London with mum. I miss na and pa soo damn much! Dan itu membuka kemungkinan bisa ke Dublin sebentar untuk nemuin Luke. Yes, Luke, not his da. Menghindari Glen adalah salah satu cara gue menghindari pengharapan yang berlebihan. Dia yang masuk ke hati, gak akan bisa keluar lagi. Itu sih inti nya.
Terlonjak sedikit dari tempat duduk karena di depan gue ada tangan yg ngasih bunga mawar setangkai, dia di luar kubik. Mendongak dan mendapati wajah Mike yang tersenyum lebar.
" Hai. Sudah selesai? Ayo makan siang! Aku traktir karena kamu nyediain sarapan tadi. " kata nya bersemangat.
Gue ambil mawar dan mencium nya.
" Thanks. Sebentar lagi, tunggu aku di sofa ruang depan yah? "
" Oke, hunk. "
Eh? Sejak kapan he-hunk me? Hmmm..pertama kali itu barusan kaya nya. Sayang dia gak liat muka penuh tanda tanya gue ini. Menyelesaikan email lalu dibaca ulang, setelah dikirim, langsung matiin komputer dan grab my bag. Baru berdiri perhatian gue teralih ke bunyi telpon genggam.
" Luke? Kenapa dia telpon? "
Dahi gue berkerut dan memencet tombol untuk angkat telpon nya. Tentu aja sambil jalan ke tempat Mike nunggu.
" Yes, dear? "
" Dee, aku takut. " suara nya bergetar. Gue pun berdiri mematung.
" Honey, listen. Take a deep breath..go on..inhale..exhale.. "
Gue mendengar Luke mengambil nafas panjang dan menghembuskan nya.
" Relax, okay? Kamu takut apa, sayang? "
" Aku takut semua gak suka. "
" Hey, kenapa jadi merasa seperti itu? Listen to me..you did awesome when you show me your piano tunes. Just do your best, don't think about anything else. Mereka suka atau enggak, itu urusan belakangan..lagian they're stupid if they don't like your performance, well, at least itu pendapat aku. Come on, you're talented. Do your best and the rest will follow. "
" Aku takut da gak bangga sama aku. "
" Dari mana kamu bisa ngomong gitu, sayang? Da, apapun yang kamu lakukan, da selalu dan akan terus bangga sama kamu. Kamu harus nya liat saat da cerita keahlian kamu main piano sama gitar waktu itu. Mata nya berbinar-binar. "
" Benarkah? "
" Yes. Mana mungkin aku bohong? Just do it, if you think you'll not gonna make it..take a deep breath and just think about your da's face when he tells you about doing live performance, about music and recording new song. That thing and YOU are his life. All the things that makes him proud. "
" Ye, I remember when he told me about his first gig in US. He seems soo happy and proud about it. "
" You remember his face at that time? "
" Yes. "
" Nah, wajah bahagia itu dikalikan 10. Itu wajah nya waktu cerita tentang kamu. " gue tersenyum.
" Hhhh..okay. I felt a little bit better now. I'll do my best. "
" I know you will nail it! "
" Thanks, Dee. "
" No probs, dear. Goodluck, lof. Not that you need one. "
" Ye. Sorry for bothering you. Have a good day. "
" You're not bothering me lof. Talk to you later. "
Lega karena diakhir obrolan, nada suara nya Luke udah kembali normal.
" Lama banget sih kamu? Siapa yang telpon? " kata Mike yang udah ada disebelah gue.
" Luke. " gue menatap dia, menelaah perubahan wajah nya.
Terlihat tidak senang, tapi akhirnya tersenyum lagi. Lalu dia ngerangkul bahu gue dan kami pergi dari sana.
Selasa dan Mike menarik gue ke salah satu restoran yang dimiliki sama teman nya, penuh tapi kami sudah disediakan tempat duduk khusus. Kekuatan sebuah koneksi.
" Aku sayang sama kamu, dee. " kata Mike lurus-lurus.
Pandangan nya lembut tapi juga tegas. Mata hazel nya terkena cahaya matahari dari luar, kami duduk di dekat jendela soalnya, terlihat jelas warna cantik nya. Bulu mata Mike juga panjang, he's a handsome man indeed. Dia udah pulang ke apartemen nya tadi, baju nya aja udah ganti. Kaos warna biru tua dan skinny jeans plus jaket hitam yang sekarang ditaroh di kursi kosong sebelah nya.
" Aku sebenernya mau ngomong hal ini di tempat yang lebih tenang. Tapi entah kenapa aku gak bisa nahan diri. Terutama liat kamu sedekat itu sama Luke. "
Mike tau Luke anak nya Glen. Gue udah cerita.
" I'm listening. " kata gue.
Sebenernya alibi karena gue gak tau mau menanggapi ucapan nya itu seperti apa.
" Can we be more than just friend? I want to kiss you everyday and hold your hand everytime when we're near tanpa rasa canggung. I really wanna do it because I can see that you want it too, but get a little bit confused..ragu lebih tepat nya. "
Tangan nya Mike meminta tangan gue di atas meja. Gue turutin dan dia pelan-pelan menggenggam tangan gue.
" Did I read you right? "
Well, yea he did. Sayang sama Mike tapi jauh di dalam hati masih ingin sendiri supaya nanti klo Glen sepenuh nya kembali, gue akan milikin dia lagi.
Tapi kan gue memblokir semua akses antara kami yah?
Haduh.
" Aku sayang sama kamu, Dee. "
Mata nya memandang lurus ke mata gue, lalu pesanan datang. Mike melepas genggaman nya saat pelayan menaruh piring beserta hidangan yang kami pesan.
Tiba-tiba chicken salad with feta cheese ini gak terlalu menarik untuk dimakan lagi.
" Do I make you losing your appetite? " kata Mike, muka nya prihatin.
" A little bit, but..kamu kan tau aku gak pernah buang-buang makanan. "
" Yes, itu salah satu yang bikin aku kagum sama kamu. "
" Thank you. " gue tersenyum lalu mulai mengambil suapan pertama.
" Aku bikinin kamu makan malem yah nanti? Di apartemen kamu. "
" Boleh! We need our private space to talk lots of things. "
" Okay. Maaf aku nyinggung hal ini di sini, pas makan siang pula. "
" No probs, Mike. "
Makan siang dilanjutkan dengan topik lebih ringan. Mike menggandeng tangan gue pas dia anter kembali ke kantor. Setelah ini dia akan balik ke apartemen nya, ke supermarket trus masak buat gue. We'll, it will be my first time nyicipin masakan buatan dia.
" Aku.. "
" Hold on. " kata gue sebelum membiarkan dia pergi, ada telpon masuk. Kami di lagi nunggu lift untuk naik. No, gue doang sih yang nunggu lift, dia nemenin gue. Hehe..
Luke.
" Hey, kiddo. How was the show? "
" So you have a secret relationship with my son ya ternyata.. Thanks, Kay. You helped Luke.. "
Glen!

Minggu, 22 Juli 2012

30 Reasons To Smile - Chapter 69


" So, who's Mike? "
Senin jam 21:45. Me in my place and Danny in London. Tadi dikenalin sama pacar model nya, udah 2 tahun mereka pacaran. Cantik dan baik orang nya. Lega. Nama nya Irma dan dia udah pulang karena harus nemenin anak perempuan nya di rumah.
" Danny! Gak ada pertanyaan lain ya? Dari lu masih di NY sampe 2 hari kemudian masih aja nanya hal yang sama. "
" Maka nya jawab dong! Gak dijawab-jawab mana bisa berenti nanya? " muka nya di monitor terlihat tidak sabaran.
" Nanya yang lain aja yah, please! "
" He's your boyfriend. Or you haven't decided it yet..aite? "
Gue terdiam. Yah, bingung lah jawab nya. Apalagi kemaren pas makan siang Mike manis banget, bawa bunga segala. Mawar 3 tangkai dan cantik sekali warna nya peach.
" HEY!! " kata Danny sedikit teriak.
" Sorry. Frankly, I don't know what to say. Change the topic, please. Or I'll go. "
" What? Kok gitu? "
" Blom tau mau ngomong apa, nanti klo udah tau..pasti you're the first person yang tau. Promise. "
" Okay. But, Dee..he loves you. "
" Who? "
" Mike. "
" Kenapa bisa bilang begitu? "
" Terlihat lah pas yer mum's wedd. Dan dia terlihat gak suka sama Glen. "
" Eh? Kenapa bisa? "
" Orang itu bisa liat klo kalian ada sesuatu, kaya gue yang bisa liat antara lu sama Mike ada sesuatu, begitu juga Mike ngeliat lu sama Glen."
" Haaahhh..complicated. "
" Elu blom ngubungin Glen yah? Dia sedikit ngambek sama gue karena gak ngasih nomer telpon atau email lu. "
" Haha! Biarkan. " gue menjulurkan lidah.
" Eh. Gue tidur duluan yah? Need to wake up early. " kata nya.
" It's almost 5 am anyway. Kenapa gak bilang dari tadi klo harus bangun pagi?"
" Hehe..it's always fun when we're talking. "
" Okay, lain kali jangan diulangin tapi yaaa...yer sleep time is the most important thing, u know. Goodnite, Danz. "
" I will. Thanks. Goodnite, Dee. "
Masih gak mau berhubungan sama Glen dulu. Gue cuma mau dia menghubungi klo emang dia mau aja. Masih ada rasa 'he didn't want me', perasaan yang otomatis muncul pas kami putus. Gue juga gak yakin bisa (hanya) jadi temen dia doang. Blom bisa, atau gak akan pernah bisa?
Mike gak pernah bilang suka, naksir atau sayang sama gue. Tapi perlakuan nya sangat manis. Menyempatkan telfon setiap hari, kadang klo dia bisa kami janjian makan siang di deket rumah sakit nya. Gue gak tega klo nyuruh dia ke daerah deket kantor gue, lama di jalan bisa-bisa. Pas weekend suka piknik di central park, duduk-duduk deket strawberry fields atau di deket patung Balto, anjing siberian husky yang dulu berjasa pas ada wabah penyakit.
Bunga pertama dari dia itu yang kemaren, 3 mawar peach.
Speak of the devil..
" Hai! "
" Hey..blom tidur? " suara Mike sedikit serak.
" Kamu sakit? Suara nya kok gitu? "
" Hmmm..gak kok. Kerjaan kamu banyak yah? "
" Sort of. Sedikit lagi, mau bales email yang masuk malem ini. Di mana? "
" Udah di tempat tidur. Ummm.. "
" Apa ummm? "
" Kangen sama kamu. Pengen peluk. Bsok libur kamu pake lembur sih. "
Muka gue memerah. Tersenyum dan membayangkan nyaman nya dipeluk sama Mike. Dia gak protektif sih, tapi selalu membuat gue aman klo jalan berdua. Contoh nya, milih sisi terluar klo kami jalan beriringan.
" Udah makan? "
" 1 jam yang lalu. "
" Ya udah tidur sana. Kedengeran dari suaranya klo kamu capek. Nitey nite, Mike. "
" Masih pengen peluk. "
" Hehe.. Tidur sana. "
Sambungan terputus. Paling udah merem dia. Lanjut kirim email. Listening to one of Mandy Moore's album dan bernyanyi kecil.
Gak perlu waktu lama untuk selesai dan lalu memutuskan membuat ramen instant. Baru masak air nya, bel pintu bunyi. Yang ke sini di jam segini itu cuma Bill atau C.
Gue buka pintu dan masih heran liat dia di sana, padahal tadi udah ngintip di lubang pintu.
Langsung dipeluk, lama banget sampe kaki gue sedikit kesemutan.
" Ambisius banget deh kamu. " kata gue.
" Eh? " dia mandang wajah gue tanpa lepas pelukan nya.
" Mau peluk aku sampe nyamperin gini, liat tuh muka udah capek banget. "
" Hehe.. Udah peluk, aku mau pulang sekarang. "
" Ha? Jauh-jauh, eh, ramen ku.. "
Gue ke dapur dan air nya sudah mendidih, Mike masuk dan nutup plus ngunci pintu pake grendel.
" Masak apa? "
" Ramen. Mau? "
" Enak gak? "
" Masa blom pernah makan? " kata gue dengan pandangan menyelidik.
" Umm..kaya nya sih pernah. Boleh deh, tapi jangan pedes-pedes banget yah, manis. "
" Haha..okaaayyy. Ya udah aku bikinin, tunggu sambil tiduran gih. Di kasur jga gak papa. "
" Oke. "
Ramen ekstra telur rebus, eh, Mike mau gak pake telur?
" Mike? Kamu mau dipakein telur gak ramen nya? " pasti denger lah dia. Flat kecil gini.
Jidat gue berkerut karena sunyi sekali...ke mana Mike nya?
" Mike? "
Hening.
Gue samperin dan tersenyum. Masih pake jaket nya, dia tertidur. Sneakers nya juga masih dipake. Kasian bener deh.
Ramen mateng dulu yang penting, baru setelah itu nyopotin sepatu nya Mike dan nyelimutin dia. Mudah-mudahan tidur nyenyak. Such a cute man, tidur aja cakep.
I can sleep in the couch, gue sih udah ahli tidur di sofa.
" Halo. " pagi sesudah mandi dan sebentar lagi berangkat. Menelpon seseorang dulu buat kasih semangat.
" Morning, Dee. " kata suara anak kecil di sana.
" I dunno if I could catch you up later, I just wanna say..goodluck for the school theatre project tonite. I know you can nail it. "
" Ah, thank you. Masih grogi aku, da baru dateng nanti sore. "
" You can do it, dear. Kemaren itu keren pokok nya! "
Luke sempet nyanyi pake piano pas kami skype kemaren. Dia nyanyiin salah satu lagu anak-anak dari Irlandia dan he's just..perfect!
Langsung ngebayangin, Luke sekarang enak..passion nya juga musik sama kaya Glen. Tapi beda nya, pas Glen remaja gak ada yang provide alat-alat musik buat dia.
" Aku nelpon cuma mau bilang itu kok. Goodluck, darling. Not like you need one. Rock on!! "
" Thanks, Dee. "
" Okay, need to go to the office now. Bye. Salam sama na, pa and your piano. "
" Not da? "
" Haha..kamu nih. Need to hang off now. "
" Okay, I'll tell da you say hi. "
" Luuuukeeee.. "
" Bye! "
Gue bisa liat dia tersenyum di sana. Masih di sekolah seperti nya. Istirahat makan siang. Membayangkan Luke di sekolah sementara pas gue menengok ke kamar, Mike masih tertidur nyenyak. Mau kamu apa, Dee? You can't have them all, just like you've once said to Glen years ago.