Sabtu, 11 Agustus 2012

30 Reasons To Smile - Chapter 72

Menghirup udara London dalam-dalam. Rumah di depan gue terlihat tenang. Tempat paling menyenangkan di London.
" Oh, dear! What a surprise! "
Na meluk dan nyium gue lama sekali. Pa langsung berdiri dari kursi goyang nya di teras belakang pas lihat gue. I had a bad dream yesterday and bisa meluk mereka adalah kelegaan tersendiri.
" Kamar aku masih ada? Atau udah dijadiin gudang? " kata gue becanda.
" Mana mungkin lah, sayang. Rumah ini forever yours. "
" Thanks, na. I love you and I miss your home made meals! "
" Mau makan apa malam ini? "
Gue tersenyum.
3 hari berikutnya gue habiskan sama mereka berdua. Full gak kemana-mana. Malam ketiga, na udah pamit tidur duluan dan gue sama pa ada di sofa, berbagi selimut sambil menonton tv. Gue menyenderkan kepala gue ke bahu nya dan he hold my hand with his big left hand.
" Pa baru inget, waktu itu ada yang ke sini cari kamu. Attractive man. " gue langsung menegakkan kepala.
" Siapa? "
" Temen kamu yang waktu itu dateng malem-malem ke sini, yang duduk sama kamu di batu di taman belakang. "
" Danny? Pa ngeliat aku sama dia waktu itu? "
" Iya. Pa lagi ambil minum di dapur. Pa tau kalian lagi gak bisa diganggu, jadi gak pa samperin. Dia dateng seminggu setelah kamu ke New York. Sama 1 orang lagi. "
Jidat gue berkerut.
" Botak? Berjambang? "
" Enggak. Lebih pendek dari..siapa? "
" Danny? "
" Iya, Danny. Lebih pendek dari dia, pake anting di telinga kiri. "
" Glen. " kaget tapi gue gak sengaja tersenyum.
" Hey, senyum apa itu? "
Kepergok sama pa dan muka gue langsung merah.
Akhirnya gue cerita tentang Glen.
" Pa bisa lihat dia menyesal, lof. Dia pikir awal nya itu yang dia mau, ternyata gak. Kalian masih berhubungan? "
" He bought me a mac for my birthday present. "
Iya. Glen mengirimkan gue hadiah yang di alamat kan ke kantor. I said it's too much but dia mengingatkan klo dia 'hutang hadiah ulang tahun' ke gue. Itu juga adalah hadiah saran dari Luke, dia membocorkan klo laptop yang gue pake sekarang udah gak bagus.
Pasti karena tempo hari gue bilang speaker nya kadang bermasalah.
" Kalau dia memang the love of your life, yang seperti nya memang ada nya begitu, fight for him, lof. Say it at least one more time. Klo dia gak merasa hal yang sama, yang klo pa lihat gak mungkin, ya sudah berarti bukan dia jodoh kamu. "
" You think so, pa? " kata gue.
" Yes, lof. "
Pa memandang gue lalu nyium kening gue. I kiss his cheek then hug him.
" I love you, pa. "
" Love you more, dear. Okay. Sleep time. Goodnite, cutie pie. "
" Goodnite, pa. Sleep tight. "
" I will. "
Pagi hari nya. Tidur gue terbangun karena na menjerit-jerit dari kamar. Setelah itu semua seperti mimpi. Pa is gone.
Mom, Derek and Bill on a jet. Na gak mau pergi dari samping peti berwarna hitam di ruang tamu. Memandangi Pa dan megang tangan beliau, tapi tidak menangis. Melihat mereka, seperti Na sedang menyanyikan lagu perpisahan untuk Pa. Setiap gue gak kuat, gue akan lari ke kamar.
Pa meninggal karena serangan jantung waktu tidur. Bagaimana takdir kadang tidak bisa ditebak. Semalam kami masih ngobrol di ruang tv.
Glad that I flew to London 4 days ago. Glad that we went to many places across London the day before yesterday. Glad that I said I love you to Pa last nite.
" Why is it hard to catch u up this couple of days? " Danny.
" Danz, I'm in London since a few days ago and my grand pa is just passed away. "
Lalu gue mulai menangis.
" Oh my God. Rumah mana? Yang waktu itu kan? I'm on my way. "
Klik.
Danny memeluk gue sangat kencang pas tiba di rumah.
" He said you're attractive man. " kata gue di sela tangis.
" He did? "
" Yea, he saw us that nite. He told me last nite. "
" Oh, love. "
Kembali dipeluk dan dibenamkan ke dada nya. He stay until dawn, until mum, Derek and Bill datang. Gak sanggup liat mum sedih. Bikin gue nangis. Danny tadi nya gak mau pulang, tapi gue paksa dia pulang. Besok pasti dia ada kegiatan lain kan?
Bill gantian yang mendampingi gue, Shena sama Pete baru akan tiba besok pagi. Sedangkan ayah nya Shee tadi udah ke sini sebentar. Aku belum siap pisah sama kamu, Pa.

Minggu, 05 Agustus 2012

30 Reasons To Smile - Chapter 71

Gue terdiam lama. Ngaku gak nih?
" Who's Kay? Who's this? "
" It's bucket. I remember your voice like I remember Luke's, Kay. And he called you furze. "
Okay. Gak bisa bohong. Damn it!
" Hunk, aku balik yah? " kata Mike lalu cium pipi gue.
" Okay, see you at my apartment, Mike. "
" Gak mau dijemput? " kata Mike.
" Sama Bill aja. "
Kemudian kembali menyumpahi diri sendiri. Kenapa kenceng banget ngomong nya? Glen pasti denger. Haduh, Dee nya kenyang jadi agak bodoh seperti nya.
" Oh, aku ganggu yah? " kata Glen.
" I'm still at my office, just got back from lunch. How's Luke? "
Glen cerita sedikit lalu memutuskan menutup telpon karena gak mau ganggu gue yang lagi di tempat kerja. Okaaaayy..dia beneran kan? I mean, motivasi nya nutup telpon beneran karena itu kan? Bukan karena denger gue janjian di apartemen sama Mike? Haaaahhhh!! Stoopid, Dee!

I'm barely remember December, January, February. Now where I am? It's my birthday and siapa yang ngingetin? Bocah di depan gue, millions miles away. Lengkap dengan cupcake yang dihiasi lilin yang menyala.
" Happy birthday, Dee. Aku mau nyediain banyak tapi aku makan satu aja udah kenyang. "
Gue ketawa. Yaiyalah dia yang akan makan cupcake itu.
" Rasa apa itu, dear? "
" Vanilla. "
" Your favorite! Help me blow the candle, okay? "
" Make a wish first! Nanti klo udah baru suruh aku tiup. " kata nya.
Gue memejamkan mata, berdoa lalu membuka mata dan nyuruh Luke blow the candle.
Kami berdua bertepuk tangan setelah lilin padam. Luke makan kue itu dengan lahap, menyenangkan melihat dia seperti itu.
Mengobrol 1 jam lagi dan kemudian dia nyuruh gue tidur. Klo gak disuruh juga gak akan selesai. It's always fun talking to this kiddo. Lebih sering ngobrol sama dia dari pada ayah nya. Padahal sekarang ayah nya punya semua akses untuk menghubungi gue. Maybe he's just not into me anymore. Hal pertama yang dilakuin cowok yang sayang sama cewek itu adalah selalu berkomunikasi. Sibuk bukan alasan.
Mom's calling me at 7 and wishing me a prosper life ahead. Derek ikut nimbrung juga di telepon. Di kantor dapet surprise dari Bill dan yang lain. And grands call me in the afternoon. I'm coming next week, grands. Finally! It's Bill, mum and Derek's birthday gift for me. Happy.
Mereka bertiga selalu ada buat gue, apalagi sejak Mike pulang ke LA setelah hubungan kami merenggang karena kami mencoba berkencan tapi gue gak bisa membohongi diri gue sendiri. Dari awal Mike tau itu tapi dia keras kepala untuk mencoba dan akhirnya tersakiti. Gue sama sekali gak bermaksud untuk itu, gue juga gak yakin sama hubungan kami.
I don't have anyone as my boyfriend. Not Mike, apalagi Glen. So let's just focus on this book publisher.
Memandangi tiket pesawat di tangan gue, mungkin mereka berpikir gue butuh liburan. Bukan sekedar ke New Jersey atau Staten Island. I need to see grands and more british accent. I can go to Dublano, salah satu cara Luke nyebut Dublin, and pergi ke restoran hijau di deket lampu lalu lintas itu. Ke The Bottom Of The Hill, maksud nya. Ketemu Nina yang sekarang sudah menikah sama salah satu suplier minuman yang memasok restauran.
Maybe bisa janjian sama Shee dan Pete juga? That would be nice.
Sampai rumah dan menghidangkan kopi ke saudara gue yang paling ganteng ini.
" No birthday dinner, why? " kata Bill.
" I just need some time, Bill. "
" Are you okay, sis? You need to get laid sometime. "
" BILL! That's rude! " gue geplak lengan nya.
" Haha! Sorry. Eh, gue udah reservasi tiket buat bulan madu akhir May loh. "
" That's cool! 5 days on a cruise. That would be a perfect time to feel the sea breeze. "
" Yep. Jangan bilang sama C yah? "
" Siap boss! "
" I'm gonna miss you when you're in London. You must have fun! "
" Yea. "
" You MUST, Dee! Beberapa bulan ini terlalu workaholic kamu! Kangen yah sama Mike? "
Gue menggelengkan kepala.
" Hmmm..nanti gue kenalin sama salah satu temen gue yang pemain baseball deh. "
" Gue gak suka dijodohin, Bill. "
" Ya udah cari pacar dong! Sebentar lagi gue sama C nikah, gak akan punya banyak waktu luang buat kamu..mum kan ngurusin dad. "
" Santai aja kenapa sih? " gue menjulurkan lidah.
" Gue cuma gak mau..to be honest, kamu tuh udah kaya bukan Dee yang biasa, gak seburuk pas baru dateng ke sini waktu itu sih..tapi, entah kenapa kamu beda lah. "
" Udah sana pulang! " kata gue sambil ngusir Bill.
Susah bikin dia pergi tapi akhir nya ninggalin gue sendiri di apartemen.
Baru nutup pintu, telpon bunyi..
Danny. Bibir gue langsung membentuk kurva.
He's singing happy birthday song in Gaelic after I said 'Hello'.
Rame-rame..eh, with Glen dan Mark juga apa yah?
" Happy birthday, Dee. " Mark. Bisa bedain klo mereka gak ngomong barengan.
" Thanks, Mark. "
" Happy birthday, love. Gak telat kan yah? Di sana jam berapa? " kata Danny.
" Almost 10. Where are you? "
" We areeee..in..ask him! "
Lalu suara Danny menghilang.
" Dan? "
" Nope, it's Glen. Maaf mengecewakan. "
" Haha! No. Aneh aja tiba-tiba gak ada suara nya. "
Dada gue berdetak lebih kencang. Meraih sebuah boneka dan meluk boneka kodok itu. Berharap boneka ini Glen.
" Mau nanya apa tadi? "
" Oh, eh..kalian di mana emang? "
" We're in Glasgow. Ada show di sini. "
" Wah, keren! How are you? "
" Amazing. "
Lalu Glen cerita macem-macem, background nya tadi berisik..sekarang udah lengang. Mungkin dia pindah ke tempat lain.
30 minutes. Waw! Gue takjub. Gak pernah lagi kami ngobrol di telpon selama ini.
" Need to do some interviews now. "
" Good luck, then. Not like you need one. "
" Just like what you always say to Luke. "
" Yes. He's your mirror. "
" How..do..oh, bentar Kay. "
Suara Glen menghilang sebentar. Entah kenapa gue tersenyum terus.
" Kay? "
" Still here. "
" Aku tutup dulu ya. "
" Oke. Have a nice gig. "
" Thanks. See ya. "
" See ya. " gue menunggu dia menutup telpon duluan.
" Oh iya, Kay. "
" Ya? "
" Happy birthday. Have a good one and I hope you'll always be happy. "
" I will. Thanks, Elvis. "
Glen ketawa. I miss that laugh! Ketawa yang terdengar gak niat tapi emang ketawa be
neran. Sangat Glen.