Selasa, 15 Agustus 2017

Paleo. (Part 6)

"Bruce Lee?" front officer berpenampilan rapi di depan ku itu sedikit mengerutkan kening begitu aku menyebutkan sebuah nama.
Tapi karena dia profesional, tangannya pun dengan cekatan mengetik keyboard komputer yang tidak terlihat dari tempat ku berdiri. Beberapa saat kemudian air mukanya berubah, seperti menemukan kenyataan yang sangat lucu.
"Mohon maaf, tapi sepertinya Tuan Lee baru check out beberapa jam yang lalu."
Damn. We're so close yet so far, Mr. Lee...whoever you are.
Aku menelan ludah, tenggorokan ini tiba-tiba kering.
"Baiklah. Terimakasih atas bantuannya."
"Selamat siang."
Aku hanya tersenyum.
Belum waktunya, Gina.
Atau tidak akan terulang lagi. Sedekat ini dengan siapapun laki-laki misterius itu.
"Gina! Elu kenapa belum keliatan di bandara?"
Suara Kak Nila mengembalikan kesadaran ku akan dunia nyata. Aku memang sengaja mampir ke hotel ini di tengah perjalanan ku ke bandara.
"Sebentar sih, Kak. Lagian manja banget mau ke Singapore aja minta ditemuin dulu."
"Eh, siapa ya yang berinisiatif ngambilin pasport gue yang ketinggalan di kantor?"
"Hehehe..gue sih. Bentar ya, Kak. Ini udah otw kok dari Grogol."
"Cepetan. Awas kalo gue sampe ketinggalan pesawat."
"Siap laksanakan!" tidak lama kemudian Kak Nila memutus sambungan.
Aku buru-buru memanggil Pak Karno melalui telpon dan tidak lama kemudian kami bertemu di lobby hotel. Harus segera meluncur ke bandara supaya Kak Nila tidak meledak.
Sepanjang perjalanan ke bandara pikiran ku diliputi banyak pertanyaan dan kemungkinan tentang sosok Bruce Lee.
"Mbak Gina...2D kan ya, mbak? Mbak?"
Pak Karno sampai memutar badannya ke arah belakang untuk menarik perhatian ku.
"Eh, iya Pak."
Aku mengedarkan pandangan ke luar mobil.
"Udah sampai, mbak. Ummmm..mbak, maaf, ada yang sedang dipikirkan?"
Eh? Segitu keliatannya kah? Kikuk karena ketahuan, aku terpaksa tersenyum.
"Biasa, Pak. Masalah kerjaan."
"Oh, dibawa enjoy aja, mbak."
"Hehe..iya, Pak. Makasih. Saya turun dulu ya, Pak." aku memegang handle pintu.
"Hati-hati ya, mbak."
Aku memandangnya sambil tersenyum lalu keluar dari mobil. Bayangan masam wajah Kak Nila membuat ku harus buru-buru.
"Gina! Cepet! I only have 10 minutes!"
Aku berlari lalu menyerahkan pasport itu ke tangan Kak Nila. Dia memeluk ku lalu buru-buru masuk untuk check-in.

Hari ini cukup membuat kepala ku tiba-tiba pening. Aku wa Pak Karno dan bilang aku ingin minum kopi dulu di salah satu sudut bandara ini untuk menenangkan saraf otak ku. Di tas aku menbawa novel yang baru aku beli kemarin. Kopi, bandara, dan novel sepertinya kombinasi yang bagus. Oh, dan lagu-lagu random yang aku dengarkan lewat earphone.

Beberapa halaman novel itu kemudian, seorang pelayan menaruh potongan triple chocolate cake di atas piring kecil di depan ku. Aku memandang pelayan itu karena aku tidak memesan kue ini. Dia hanya tersenyum lalu memberikan secarik kertas dan pergi.
Aku lekas membaca tulisan di kertas itu dan melongo.
"I’m not in this world to live up to your expectations and you’re not in this world to live up to mine."
This is Bruce Lee's famous quote. Lalu aku mengedarkan pandangan.
Berharap.