"Sorry, lagi gak konsen." kata ku kikuk.
"Gak papa. Uuumm..emang nya 'Ga' itu siapa?" kata
Hilman penasaran.
"Itu...temen yang lagi ngobrol di bb chat sama
gue."
"Oh." kata Hilman datar.
Aku tersenyum. Bagus kalau Hilman percaya sama alasan ku
yang sekenanya itu.
Setelah nya obrolan kami pun berjalan biasa, tapi lebih ke
basa-basi. Mungkin Hilman berpikir badan ku di sini tapi pikiran dan hati ku ke
orang bernama 'Ga'.
Teteh pemilik warung itu tersenyum ramah waktu aku bilang
terima kasih sebelum pergi dari sana.
Mungkin dia belum ingat pernah lihat aku di mana...dan sama
siapa.
10:15 malam Hilman mengantarku sampai depan rumah.
"Terimakasih ya..atas semua nya." aku tersenyum,
berdiri di sebelah nya setelah mengangsurkan helm yang aku pegang.
"Sama-sama. Terimakasih karena akhirnya sudah mau
diajak keluar."
"Iya."
"Oke. Pulang dulu ya, Gina. Selamat malam. Selamat istirahat."
"Iya."
Hilman menyalakan mesin motor, tersenyum dan berlalu.
Baru buka pagar rumah, ada panggilan telepon dari Kak Nila.
"Pasti mau kepo." kata ku setelah menekan tombol
'accept'.
"Hahaha..menurut lo? Terus gimana gimana? Any progress
I shud know?"
"What kind of progress, Mam?"
"Did he kiss you goodnite? Did he hold your hand?"
"None for those questions."
"Ah. Lame."
"You know I am."
"Kenapa Mahesa?"
"Apanya yang kenapa?"
"Hilman kurang nyambung sama lo? Dia gak gentleman? Gak
nyaman lu jalan sama dia?"
"Nyambung. Gentleman. Nyaman."
Aku merebahkan badan di kasur. Tau-tau sudah sampai kamar
aja.
"Then?What's wrong?"
"Nothing. It's just...I didn't hear a 'klik'
yet..."
"Tadi di kepala lu ada siapa?"
"Gak ada siapa-siapa."
"Bohong. Pasti Arga."
"Ah?"
Denger orang menyebut nama nya saja..tangan kanan ku yang
bebas sekarang memegang jantung.
Sesak lagi.
"Mahesa?"
"Iya, Kak."
"Kenapa lo?"
"Gak papa. Capek kaya nya."
"Ya udah mandi trus tidur. Lusa kita radio tour."
"Iya, Kak."
Sialnya insomnia malah menyerang.
Kepala ku memutar ulang semua kenangan bareng Arga.
Satu persatu. Per adegan. Sesak makin menjadi. Aku menangis
tanpa mengeluarkan air mata sampai subuh.
Pagi nya, well jam 10 buat ku masih tergolong pagi,
memandangi wajah di kaca wastafel kamar mandi dan terkejut sendiri. Dalam
semalam wajah ku terlihat 10 tahun lebih tua.
Seperti ini juga tampang ku 4 tahun lalu, saat Arga
memutuskan pergi setelah dia lihat aku sudah menerima kalau kami berdua harus
putus.
Sebenarnya dia salah karena saat dia pergi itulah sekali
lagi aku merasa patah. Lebih patah dari saat dia menyerah melanjutkan hubungan
kami.
Saat kami bertemu, dan dekat, umur ku hampir 30 tahun
sedangkan dia hampir 24 tahun. Awal nya kami tak mempersoalkan hal itu, karena
masih merasa nyaman akan satu sama lain.
Mudah sekali jatuh cinta sama Arga. Walau kadang cuek nya
setengah mati tapi makin lama perhatian nya makin terlihat. Dulu dia mengaku
kalau di awal kami pacaran dia masih suka biasa aja sama aku.
Aku tertawa mengingat malam itu, malam di mana setelah
sekian lama kami jalan tanpa ikatan apapun dan tiba-tiba dia mencium ku. Di
sebuah kedai bakso. Iya di kedai bakso.
"Tapi kan sepi, yang."
Itu yang dia bilang waktu kami mengobrol setelah beberapa
bulan kami pacaran.
"Tetep aja di depan umum. Kamu nih." gue mencubit
perut gendut nya.
Kami berdua tertawa. Dia selalu bilang aku yang menyatakan
cinta duluan dan ngajak pacaran pertama kali.
"Yaiyalah, kasian amat gue, udah diajak jalan, dicium
tapi tetep aja dibilang cuma temen."
"Hehehe.."
Cowok pisces pemikir itu cuma nyengir. Hubungan kami
hubungan yang penuh dengan diskusi. Banyak hal yang bisa kami bicarakan dan dia
bilang cuma sama aku saja dia bisa terbuka diskusi apa pun.
Aku sendiri gak tau kenapa bisa begitu. Yang pasti, aku
selalu suka kalau ada orang yang cerita sama aku, rasa nya dipercaya dan itu
menyenangkan. Sangat menyenangkan.
Dan salah satu cara mendapatkan ide menulis adalah dengan
hal itu, mendengarkan orang lain bercerita.
Dering telepon masuk membuyarkan lamunan ku. Aku meraih bb
yang aku taruh di atas laci di sebelah tempat tidur.
Hilman.
"Ya, Man?"
"Hey, gue kira masih tidur. Chat gue blom
dibalas-balas."
"Oh iya, sorry. Baru aja dari kamar mandi.
Kenapa?"
"Gak papa. Cuma mau ngecek."
"Oh."
"Sama mau bilang, selamat pagi Gina dan selamat
menjalankan aktifitas."
"Iya. Thank you."
"Hari ini jadwal nya apa?"
"Jadwal? Haha..udah kaya artis aja ditanya
jadwal."
"Kan lu lagi promo buku baru."
"Oh..iya sih. Tapi hari ini ga ada jadwal apa-apa.
Sepertinya mau ke rumah nyokap."
"Di mana?"
"Daerah timur."
"Sendiri?"
"Iya."
Setelah satu menit basa basi berikut nya aku memutuskan
sambungan telepon.
Aku mau ke rumah ibu.
Arga, andaikan kamu masih kerja di dekat rumah ibu, sudah
pasti aku akan melihat kamu.
Lalu kalaupun itu terjadi kamu mau apa Mahesa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar