Senin, 12 November 2012

30 Reasons To Smile - Chapter 75

Celingukan di lobby, baru sampe udah ngilang aja si Bill. Kapal pesiar yang sungguh besar. My first time ever! Disambut dengan welcome drink karena apparently Bill membeli paket yang VVIP di cruise ini. Kata front officer nya, Bill tadi ke arah bar, langsung sms dia. Gue tunggu di sini sambil minum mix tropical fruits.
Tersedak sedemikian hebat nya begitu liat flyer di meja. They're here! Glen's here! The Script is here! They'll have some acoustic show and a live gig here! Gawd! Unexpected. I'm not ready. I wanna go home now. Gak mungkin gak ketemu sama at least one of them.
" I'm.. " gue ngangkat koper dan berbalik.
Tapi lalu darah gue berdesir, badan tiba-tiba lumpuh. Gue tau itu siapa, Colin lalu disusul Ben masuk. Akan check in. Gue masih mematung, gue sangat berharap Glen yang terakhir masuk supaya gue bisa sempet kabur. Tapi dia di sana, masuk setelah Ben, awalnya sibuk sama koper nya lalu..kami berdua berdiri diam saling berhadapan.
Semua indera yang gue punya seperti berpusat pada nya. Mata gue gak lepas mengamati mata nya yang walau ada beberapa meter di depan gue, terlihat sangat indah dan jelas. Biru gelap. Telinga gue seperti kedap, gak denger suara-suara orang-orang yang ada di sini. Padahal di sini tadi ramai. Seakan cuma ada kami berdua sekarang. Lidah gue kaku, walau sangat ingin berucap sesuatu, setidaknya memanggil nama nya. Hidung gue hanya mencium bau (yang sepertinya) after shave merek YSL.
Dan tangan gue mengirim halusinasi yang cukup aneh, karena somehow gue bisa merasakan tangan gue di rahang nya, merasakan rambut-rambut sedikit kasar sisa dari cukuran nya tiap pagi.
Tapi kenapa dia bersikap yang sama? Diam saja di sana tanpa melepas pandangan.
Tersadar saat sesuatu..atau seseorang? Menabrak lalu membenamkan badan gue di badan nya yang seperti raksasa bahkan untuk ukuran orang Eropa.
Daniel John Mark Luke O'Donoghue.
" Gue gak tau lu ada di sini juga! Kok gak bilang? " kata nya riang.
" Gue gak tau klo kalian juga ada di sini. Ini dadakan. "
Setelah pelukan dilepas, gue menyapa yang lain. Lalu Glen. He's hugging me after he kissed my cheeks.
" Soo good to see ye here. "
" It's a shocking surprise for me in fact. "
" Mrs. Adams, tas anda mau dibawakan ke honeymoon suite? Mr. Adams nanti akan menyusul kata nya. " kata seorang cowok berpakaian seragam.
Hening karena honeymoon suite disebut. Danny, Glen, memandang gue kaget.
I wanna be here with him tapi gue juga harus cari udara segar dulu, menenangkan diri karena tau akan 5 hari di dekat Glen. Kalo begini gue gak mungkin kabur keluar kapal kan?
" No, thanks. Saya ke atas sendiri. "
Cowok itu tersenyum lalu meninggalkan gue setelah menyerahkan kunci berupa kartu.
" See ye around, lads. " kata gue sambil melambaikan tangan.
Belagak tenang lalu pas di lift, gue menghembuskan nafas panjang sambil memejamkan mata. Bersandar di dinding lift. Takut disorientasi. Dan cincin pernikahan Bill sama C masih di jari manis gue. This stoopid ring stucked in my finger waktu gue coba! Dipake sabun, olive oil, apapun, tetep aja gak mau lepas. Sampe akhirnya give up. Mungkin nanti klo berat badan gue turun baru bisa dilepas.
Kamar yang dipilih Bill juara dunia! Besar dan ditata indah plus romantis dengan bunga di mana-mana. Di atas bed cover ada kelopak bunga mawar merah berbentuk hati malah. Gue gak menikmati nya, masih kepikiran pertemuan tadi. What do I do now? Di kamar aja 5 hari ke depan? Gak dewasa sama sekali, Dee. Menghindar. Kaya keluar kamar langsung ketemu mereka aja.


Butuh waktu lama untuk melakukan sesuatu setelah masuk kamar. 1 jam ada kali duduk di balkon sambil mandang laut. Sebentar lagi kapal akan berlayar. Mencari telpon genggam gue yang berbunyi. It’s a text from Luke.
“ Dee! Where are you? Busy? Need to skype. “
“ Kind of. I’m out of town, kiddo. I’ll let you know if I could. “
“ Ah. That’s okay. Take care. “
“ Yeah. You too. :-)
Bill masuk lalu bilang makan malam sebentar lagi udah bisa diambil. Kartu VVIP nya dia yang pegang, tapi dia bilang sih pasti semua kru kenal wajah gue. Cuma ada dua pasang tamu honeymoon VVIP soalnya. Nanti aja gue keluar nya. Bill mandi sementara gue teringat paket dari Danny yang dikirim ke kantor tadi. Di luar mulai gelap, tapi ada suara-suara musik dari dek yang kedengeran. Laut tenang sekali. Sekarang di tangan gue ada 2 CD. Satu warna biru dengan gambar seperti mural dengan tangan menengadah dan di atas nya ada sepasang laki-laki dan wanita yang berdansa. Satu lagi warna dasar cover nya coklat dengan sepasang tangan bergenggaman. The Script dan Sience and Faith. Akan mendengarkan yang biru dulu. Dibuka dan ada kertas di tempelkan ke cakram nya.

“ Enjoy! See the unseen. Know the unknown. Hope you’ll find your way. Love, D. “

Gue tersenyum. Tidak membawa earphone laptop dan terpaksa mendengarkan dengan loudspeaker saja. Dan menemukan diri gue menangis lebih deras di tiap track nya. Mereka memang hebat, tapi gue lupa mereka sehebat ini. Kemudian tersentak di lagu nomer 9. Is it my name on it? Is it for me? This song?
“ Kenapa? “ kata Bill yang udah ganti baju. Sudah mandi dia.
“ Haahhh..nay. “ gue geleng-geleng kepala.
Dia ambil album Science and Faith di meja. Lalu dibaca dan kemudian paham.
“ Ayo dinner. Belom makan apa-apa kan sejak tadi siang? “
“ Aku gak laper. Mau dengerin 2 album ini dulu. Nanti klo laper aku kan bisa minta room service. “
“ Bener ya? “
Gue ngangguk lalu tersenyum. Bill mencium ubun-ubun gue sambil sedikit menggosok lengan gue. Seperti nya khawatir.
Tenggelam di dua album itu berjam-jam. Menangis lebih banyak lalu tertidur. 2 album itu banyak menyiratkan patah hati, seperti keadaan gue. Selimut sudah menutupi setengah badan dan Bill tertidur di kasur nya. Entah dia masuk kamar jam berapa. Perut gue terasa sangat lapar. Mandi dulu baru sarapan di restoran. Previlege nya banyak klo jadi tamu VVIP memang.
Senjata ampuh untuk menutupi mata bengkak adalah kacamata hitam. Yes.

“ Poor him. “
“ Yea, tapi dia itu pernah bilang di salah satu interview radio klo cedera dia itu malah selalu bikin dia semangat. Jadi klo dia lagi down, dia akan liat foto kepala nya setelah operasi waktu itu, dan Glen bilang luka nya kaya curva terbalik. “
“ Oh, yang dia bilang 30 reasons to smile itu? “
“ Iya. “

3 perempuan muda yang duduk di sebelah gue berdiskusi asik sekali. Tadi nya gak mau serius nguping, tapi kaya nya mereka salah satu fans The Script. 2 orang terdengar lebih tau daripada satu perempuan lain berambut pirang. Lalu setelah itu mereka membahas Danny.
Takut mereka ngeh gue mendengarkan percakapan, gue buru-buru menghabiskan sarapan dan kembali ke kamar. Entah sekarang lagi ada keriaan apa di dek dan lagi ada di atas perairan mana kami sekarang.
Menemukan cowok super tinggi itu di depan pintu kamar. Dia tersenyum lebar begitu gue samperin dan langsung meluk.
“ Your cell phone is off. Why? “
“ Oh. Sorry. Mungkin batere nya abis, Danz. Udah lama nunggu yah? Ada apa? “
“ Emang nyari elu harus karena ada sesuatu yah? “
“ Enggak juga sih. Oh iya, makasih 2 album The Script nya. Great albums. Well done. “
“ Thank you. Udah baca pesan gue? “
“ Umm..udah. Tapi blom ngerti. Bisa dijelasin? “
“ Gak mau. Eh, nanti sore ke dek yah? Kami main live acoustic session  di dek. “
“ Oke. Boleh sekalian minta tanda tangan dong? “
“ Boleh! Minta apa aja boleh. “
Dia ketawa. Lalu pamit pergi, mau liat keyboard nya udah terpasang dengan benar atau belum di venue.
Mengecek cell phone begitu masuk kamar. Bill entah kemana. Langsung ada beberapa text messages. Dari mom, Bill, Danny, Luke dan Glen.

“ Tried to call you like million times. Liat The Script tampil yah nanti di dek. Would great if I could see ye. :-) “

Gue bales. “ Oke. “ Simple.
Kepala gue dipenuhi percakapan 3 orang perempuan di restoran pagi ini. Langsung teringat waktu itu di rumah sakit. Foto itu pasti yang dimaksud perempuan tadi. Mendapati diri gue tersenyum. Dia masih inget obrolan kami tentang luka di kepala nya yang distaples dan membentuk senyum terbalik itu. Mari masuk dan kembali tenggelam di keindahan lagu-lagu mereka.

Sebener nya agak ragu tapi akhirnya ke dek juga sore itu. Lihat The Script tampil dari jauh. Glen pake kacamata hitam. Akustik live dan gue lupa bawa 2 CD nya. Stupid.
He looks soo charming when he's doing ‘his thing’. Danny tambah keren aja. I know I know..gue baru dua kali liat mereka live, tapi beneran mereka tambah keren! Doing a very great acoustic version of some of their tracks. I do stand up and clap. They’re that good! Akan tampil lagi besok malem dengan live band, bukan akustik. Tadi itu Glen pake kacamata sekalian nyari gue gak yah di antara para penonton? I dunno. I’m hungry now. Bill tadi kata nya mau liat Colbie Caillat dan nunggu gue buat makan malem bareng di restoran Italy yang ada di kapal ini.
Setelah makan malem, Bill gak ngebolehin masuk kamar, temenin dulu ke bar kata nya. Dia mau liat band temen nya tampil. Deck Of Jack.
Baru sadar itu band salah satu presenter tv yang familiar. Gue aja yang lupa. Dikenalin sama mereka. Bill nonton nya maju ke depan panggung sementara gue duduk di bar. Minum apple juice. Diliatin pas tadi pesen ini. I don’t wanna drink alcohol tonite, gila aja klo nanti Bill mabuk. Harus ada salah satu dari kami yang sadar.
Kemudian di tengah pertunjukan, entah dari mana, si vokalis menemukan Glen dan Danny dan nyuruh Glen naik panggung. Ditantang kolaborasi langsung tanpa latihan sebelum nya. Jadilah mereka mainin turtle wax. Seru! Gue sampe berdiri. I’m proud of him. Glen’s drumming skill is the best!
Telpon bunyi pas gue bersembunyi di toilet.
“ I wanna see you. Klo kamu blom tidur. “
“ Aku capek, Glen. Ini mau masuk kamar. “
“ Emang abis dari mana? “
“ Ngobrol di dek. Setelah aku liat kalian tampil dan dinner. “
“ Kamu tadi nonton? Aku kira enggak. Besok nonton yah? Abis itu..dinner maybe. Rame-rame aja jga gak papa. “
“ Oke. Bisa diatur. Nite, G. “
“ Uum..nite, Kay. Sleep well. “
“ You too. “
Kirim pesan ke Bill klo gue langsung naik ke kamar. Menyelinap sambil tengok kanan kiri, takut Glen atau siapa pun ngeliat gue masih di sini. Gue gak ngerti kenapa gue begini? Tapi gue takut nanti klo ketemu Glen, perasaan gue akan timbul dan terlihat jelas lagi. Gak mau berharap tapi lalu tau dia punya pacar. Mending menghindar selagi bisa.
Kembali terbuai sama 2 album The Script, Bill masuk kamar jam 4 pagi dan gue baru tidur setelah melihat matahari muncul.
Terbangun jam 3 sore. Haduh. Perut laper banget ini. Mengandalkan room service untuk kirim makanan untuk 30 menit lagi. Mandi dulu lebih baik seperti nya. Bill kirim sms kalo dia lagi berenang. Gue di sini kenapa jadi mengurung diri terus yah? Heran. Harus nya kan Bill yang patah hati? Kenapa malah gue yang di sini?
“ If I don’t see you tonite. I’ll throw meself to the sea! “ Danny kirim sms.
“ Just do it. ;p “
Eh, dia langsung nelpon. Marah-marah. Gue cuma cekikikan. Lalu terdengar ketukan di pintu. Room service.
Tapi kenapa ada Glen? Klo gini sih malah gak jadi makan kaya nya? Dan salah banget minta makanan nya ditaroh di meja depan sofa sama petugas room service nya. Masih membahana lagu Science and Faith. I am sooo busted. Booklet sama CD nya bertebaran di meja. Salah tingkah langsung ngerapihin meja, bersyukur tadi sempet mandi dulu. Hehe.. salah tingkah kedua adalah nawarin Glen minum dan kepentok pintu buffet yang nutupin mini refrigerator. Untung dia gak liat. Salah tingkah ketiga adalah langsung (pura-pura) sibuk makan.
“ Kenapa baru makan? “
“ Baru bangun. “
Gue senyum sambil mandang dia yang duduk di sofa sementara gue duduk di lantai karpet dengan makanan di ujung meja. Ada ekspresi seperti nemuin moment ‘aha!’ di wajah nya Glen. Dia minum light beer yang tadi gue kasih.
“ Where’s your husband? “
Dan gue keselek..keselek hebat! Glen sampe panik trus nyamperin gue, nyuruh gue minum air mineral yang ada di meja dan nepuk-nepuk punggung gue. Minum lalu terbatuk beberapa kali sampai akhir nya merasa baik-baik saja.
“ What did you say? “ kata gue . Takut salah denger.
“ Your husband. Where is he? “
Gue ketawa ngakak. Lama. Glen bengong dan muka nya priceless banget. Bikin tambah ketawa.
“ Is that why you got that ‘aha moment’ look when I said that I just woke up? Is it because of this? “ gue nunjukin jari manis bercincin berlian gue.
“ And because Luke showed me your picture on a wedding dress. “
“ He did?? “ gantian gue yang kaget.
Berpikir keras. Foto yang mana yah itu? Ah! Yang dimuat di web yayasan itu. Supaya orang-orang yang butuh gaun pernikahan tapi gak mampu bisa lihat contoh gaun yang tersedia.
“ I’m not married, Glen. This stupid ring stucked on my finger. “
“ Really? “
“ Iya. Mau coba tarik? “
“ Sini. “
Ajaib. Bengong sesi kedua karena Glen. Cincin nya bisa kelepas loh!
“ I..I swear it stucked! I swear! “
Gantian Glen yang ketawa gak berenti. Karena ngeliat gue panik berlebihan kali yah? Iya lah, takut Glen gak percaya klo cincin ini emang nyangkut. Menghabiskan sore dengan cara ini sangat menyenangkan. Kurang lebih gambaran salah satu lagu di album mereka yang kedua.

“ Saying things we haven’t for a while. Smiling but we’re close to tears, even after all these years. We just now got the feeling that we’re meeting for the first time. “

Glen di depan gue ini lebih terbuka dan ceria. Entah kenapa tapi beneran. Beda banget kaya terakhir kami di bandara itu. Gue memastikan klo yang dia kira suami gue itu adalah Bill. Dia memastikan gue hadir nanti malam di salah satu ballroom di kapal ini sebelum pamit mau last and final soundcheck lalu dinner.
“ Wanna join us? “
“ No. Thanks. Mau nunggu suami aku balik. “
Lalu kami berdua ketawa. He kiss my cheeks dan kami berpelukan cukup lama. Glen menghela nafas sangat panjang, bikin gue mikir.
“ Ada bunyi lega di nafas kamu. Kenapa? “
“ Kedengeran jelas yah? “
Gue mengangguk cukup jelas di bahu nya. Glen gak mau ngelepasin pelukan nya, jangan lepasin klo begitu.
“ Lihat aja di 2 album di meja kamar kamu itu. “ kata nya.
“ Sok misterius. “
“ Hehe..udah yah. Aku pergi dulu. “
Yah, pelukan nya dilepas. Gue tersenyum dan mengangguk.
“ See ye. “
“ See ye. Oh iya, you did amazing last nite. With Deck Of jack. “
“ Kamu liat? “
Gue ngangguk. Dia tersenyum lebar. Lalu pamit lagi dan menghilang setelah nengok 2 kali.
Kembali ke dalem dan langsung cek CD nya The Script di meja. Di CD nya gak ada apa-apa. Oh, booklet nya!! Album pertama gak ada apa-apa, album kedua…ada tulisan di gambar 2 tangan laki-laki dan perempuan yang saling menggapai itu. It’s Gaelic. Meh! He got me. Gue kan gak ngerti bahasa ini.
Bill dateng dan langsung mandi, dia ajak gue keluar dari kamar setelah rapi. Mari makan malam. Lalu nonton The Script.
Live show mereka keren sekali! Well done. Gue stay di ballroom sambil nunggu Glen bales SMS gue yang ngasih tau keberadaan kami. Gak lama dia pun nelpon dan gue menjelaskan tempat gue nunggu. Gak lama ketemu.
“ Ini Bill, suami gue. “
Gue sama Glen ketawa. Bill gak nyambung sama candaan kami kaya nya. Glen bilang klo Bill dia inget, kan ketemu di nikahan mom.
“ Salam sama yang lain. Kalian keren. I need to go, meet someone. “ kata Bill.
Hah?! Kakak gue ini! Pantesan aja gak betah di kamar! Dia mengedipkan sebelah mata nya. Glen ngajak gue ke backstage. Tapi dihadang beberapa fans yang masih stay di ballroom ini dan menyadari klo itu Glen. Ada yang minta foto bareng, sekelompok cewek-cewek. Karena gak ada yang mau motion akhir nya gue yang nawarin diri. Seneng liat cara Glen memperlakukan mereka. Ramah sekali dia.
“ Thanks, Glen. See you around. “ kata mereka hampir barengan.
“ Thank you for watching. Yuk! “ kalimat kedua ditujukan buat gue.
Dia gandeng tangan gue. Menemui Mark, Danny, Ben, Colin dan dikenalin sama Matt plus yang lain. Pindah ke salah satu bar lalu ngobrol agak lama.
“ Jadi, sudah tau, sudah liat dan sudah temukan jalan? “ kata Danny pas gue pamit ke kamar.
“ Belom. “
“ Heh? Payah!! Trus kalian ngapain? “
“ Kalian? Siapa? “ alis gue bertaut.
“ Kamu sama Glen. “ dia jitak kepala gue.
“ Danny! Sakit! “
Gue teriak dan bikin semua nengok.
“ Heh, udah malem. Yuk, Kay. “ Glen narik tangan gue.
“ See yis tomorrow… “
Gue tersenyum dan melambaikan tangan ke semua. Mereka ada jadwal interview sama vh1 besok di deket kolam renang, trus Danny kata nya mau ikutan cannonball contest. Gue sampe terkaget-kaget pas bilang dia berencana mau ikut. It’s a contest where you jump into the pool, dengan gaya bebas. Can’t wait to see him doing it!!
Gak ada yang terjadi pas Glen anter gue ke kamar. He kiss my forehead setelah meluk gue kaya tadi sore, lengkap dengan helaan nafas nya itu. Kecewa tapi..dia kan punya pacar yah..
Bangun jam 8 pagi dan Bill sepertinya tidur di tempat lain. Sofa kosong. Gak ada tanda-tanda dia pulang semalem.
Danny maksud nya apa yah? Dengan ucapan nya semalem dan note di paket CD itu. Glen bilang gue suruh liat di album, wait! He said albums! Apa yang dipunyain 2 album ini? Yang sama? There’s a knock on my door after I went to bathroom.
“ Glen? “
Kaget karena dia muncul dengan nafas gak teratur. Lari ke sini?
“ I don’t have much time. Need to do it and straight to an interview. “
“ Eh? “
Then he’s kissing me. It does feel like our first kiss. It’s passionate, beautiful, long, warm and gentle kiss. I’m kissing him back of course.
Terengah-engah setelah nya. Glen yang menyudahi karena dia harus pergi. Tapi dia tersenyum lebar.
“ Aku tunggu di dek dengan penjelasan. “
“ Glen? Apa yang musti aku lihat di 2 album ini? Yang kemaren kamu bilang itu. “ gue ternyata masih megang 2 booklet album The Script.
“ Nama kamu. “
Dia tersenyum lalu meninggalkan gue. I’m smiling from ear to ear waktu liat thanks to di album kedua. Nama gue ada di sana. Dan gue baru sadar sekarang. Dia tulis Deena di album kedua, di bagian thanks to dan Kay di album pertama, di track 9. Air mata gue turun. Tear of joy.

Deena, you are my grounding force in this life, I love you. “

“ If you see Kay, will you tell her that I love her. “

Tidak ada komentar:

Posting Komentar