Selasa, 30 Oktober 2018

The Finger Doctor


Anak cantik berumur 6 tahun itu meringis karena jari telunjuknya terantuk ujung meja. Gue menunduk dan tersenyum..

“Is it hurt?”

Gadis kecil berponi dan kuncir kuda itu mengangguk sambil memegangi jari telunjuknya dengan tangan kiri. Gue duduk bertumpu dengan kedua lutut gue di hadapannya.

“Your’re lucky, I’m a finger doctor. Can I see your finger?”

Dia mengangguk lagi.

Gue mengambil jari telunjuknya yang sakit.


“Now close your eyes, and listen to me..”

Gue mengubah nada suara gue lalu meletakkan jari telunjuk yang sakit di ujung hidungnya.

“What’s the color of your pain?” kata gue dengan nada kekanakan

“Red.”

“Wow, red could be dangerous. Any other color? Or patterns, like polkadots or stripes? ”

“There’s stripes. No polkadots.”

“Oh, good. That’s good because polkadots are dangerous. Allright...all doctors will agree that we can solve the pain by opening your eyes.....and taking your finger off your nose.” Kata gue sambil menjauhkan jari dari hidungnya.

Anak di depan gue pun pelan-pelan membuka matanya. Gak lupa gue tersenyum sambil memasang ekspresi penasaran..

“IT'S GONE!” Katanya excited.



Well, actually itu bukan metode penemuan gue, thanks to Full House (serial keluarga buatan Amerika akhir tahun 80-an) episode 14, thanks to Uncle Jesse yang di episode itu melakukan trik tersebut buat Stephanie.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar