Anak cantik
berumur 6 tahun itu meringis karena jari telunjuknya terantuk ujung meja. Gue
menunduk dan tersenyum..
“Is it hurt?”
Gadis kecil
berponi dan kuncir kuda itu mengangguk sambil memegangi jari telunjuknya dengan
tangan kiri. Gue duduk bertumpu dengan kedua lutut gue di hadapannya.
“Your’re
lucky, I’m a finger doctor. Can I see your finger?”
Dia
mengangguk lagi.
Gue mengambil
jari telunjuknya yang sakit.
“Now close
your eyes, and listen to me..”
Gue mengubah
nada suara gue lalu meletakkan jari telunjuk yang sakit di ujung hidungnya.
“What’s the
color of your pain?” kata gue dengan nada kekanakan
“Red.”
“Wow, red
could be dangerous. Any other color? Or patterns, like polkadots or stripes? ”
“There’s
stripes. No polkadots.”
“Oh, good.
That’s good because polkadots are dangerous. Allright...all doctors will agree
that we can solve the pain by opening your eyes.....and taking your finger off
your nose.” Kata gue sambil menjauhkan jari dari hidungnya.
Anak di depan
gue pun pelan-pelan membuka matanya. Gak lupa gue tersenyum sambil memasang
ekspresi penasaran..
“IT'S GONE!”
Katanya excited.
Well,
actually itu bukan metode penemuan gue, thanks to Full House (serial keluarga
buatan Amerika akhir tahun 80-an) episode 14, thanks to Uncle Jesse yang di
episode itu melakukan trik tersebut buat Stephanie.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar