Selasa, 14 Februari 2012

30 Reasons To Smile - Chapter 50

“ Mom. Can we go home now? “ kata gue parau. Tenggorokan gue tercekat dan sama sekali gak tahan lagi ada di sini. Terutama setelah apa yang gue lihat barusan.
“ Kenapa? Kamu mulai sakit lagi? “ kata mom.
Takut mom mendengar suara gue yang mulai berubah karena menahan tangis, akhirnya gue hanya mengangguk lalu mom ngegandeng tangan gue setelah naroh beberapa lembar uang di atas meja.
Mengaku sakit adalah yang paling masuk akal. Ini semua menyembunyikan perasaan gue yang sebenarnya.
“ Mom, aku tidur yah. “ kata gue.
Memalingkan wajah ke arah jendela lalu menangis. I know it. There is something going on between Glen and Karen.
Kilasan yang gue liat tadi terlintas terus di kepala. They’re kissing. Di lorong. Setelah The Script manggung. Setelah siang tadi dia mencium gue, lalu malam ini? Glen bikin gue bingung.
Perjalanan pulang yang sangat lama. Mata gue yang merah dan berair gue bilang efek dari asap rokok di club tadi. Mom sedikit curiga tapi karena alasan gue masuk akal, dia pun membiarkan gue berlalu dan masuk kamar.
10 menit kemudian pintu kamar diketuk.
“ Sayang? “
“ Masuk, mommy. “ kata gue setelah berdeham dan mengeringkan airmata yang netes di pipi..
“ Hey, mom bawain teh. Diminum yah nanti. Mau makan sesuatu? Atau apa gitu.. “
“ Enggak usah, mom. Thank you. Aku takut nanti malah muntah. Aku mau tidur aja. “
“ Oke kalo gitu. Goodnite, sweetheart. “ kata mom sambil cium jidat gue.
“ Nite, mom. Jangan bangunin aku sampe besok pagi yah. “
“ Oke. “
Mom tersenyum lalu menghilang di balik pintu. Dengan malas gue membersihkan muka dan ganti baju. Ke kamar mandi sebentar lalu mengunci pintu. Gue gak mau ketemu Glen malam ini. Telpon selular pun udah gue silent.
Gue terjaga sampai dini hari, mendengar Glen mengetuk pintu. Melihat ada nama nya di layar telepon genggam gue. Beberapa kali. Mendengar dialog di luar pintu kamar. Glen agak bersikeras untuk membangunkan gue, tapi gue tetap diam, biar mereka menganggap gue tidur lelap karena lelah. Lalu akhirnya Glen menyerah dan pamit sama mom. Bilang besok siang akan kesini lagi setelah cek kesehatan di Beaumont.
Pasti Glen curiga karena dia tau gue gampang terbangun klo denger suara berisik atau sesuatu. Ada orang masuk kamar saat gue tertidur aja gue sering terbangun.
Entah jam berapa gue tertidur. Menangis sampai terlelap dan cahaya matahari yang ngintip dari balik gorden yang masih tertutup ngasih tanda kalau hari sudah menjelang siang. 9:30 am.
Mata gue sangat berat dan gak enak. Teh yang dibikinin sama mom dari semalem blom gue minum. Karena ngerasa tenggorokan sangat kering, langsung gue minum sebelum pergi ke kamar mandi. I need to take a shower, pakai air hangat.
Selesai mandi gue melambatkan langkah karena dari arah dapur terdengar suara orang mengobrol sambil tertawa. Mom lagi sama siapa? Eh, masa Glen udah ada disini sepagi ini?
Penasaran, gue kesana. Tadi nya mau mengintip aja lalu kembali ke kamar. Masih blom mau ketemu Glen.
“ What are you doing on mom’s kitchen lads? “ kata gue setengah teriak karena exciting melihat Shena and Pete disana.
“ Oy, sleepyhead! “ kata Shena lalu meluk gue.
“ Kami baru tau lu sakit, Dee. “ kata Pete lalu gentian dia meluk gue.
“ Emang harus dikasih tau? “ kata gue ke mereka berdua.
“ I miss yis. “ kata Pete di telinga gue.
Dibawain bunga mawar sama Pete dan buah-buahan sama Shena. Kami semua sarapan bareng-bareng di dapur kecil itu sambil ngobrol dan ketawa-tawa. Sepertinya gue emang butuh hiburan sedikit setelah semalam. Gue tau klo gue dan Glen ketemu nanti, things will get ugly.
“ Your mom told us about New York. “ kata Pete.
Mom lagi siap-siap berangkat kerja dan Shena lagi keluar rumah. Sore nanti dia akan kembali lagi nemenin gue di sini. Sedangkan Pete masih di sini dan akan pergi ke kantor ayah nya Shee setelah jam makan siang. Ini udah seperti mereka gentian jagain gue di rumah. Haha! banyak sekali baby sitter mu, Kay.
“ Yeah. Gue akan mendukung selama mommy bahagia, Pete. “
“ You’re not gonna move too? “
“ New York? “ kata gue.
Well, tempted. New York adalah kota yang cantik dan penuh kesempatan bagus. Tapi gue akan merasa asing di sana. Terlalu besar, terlalu sibuk.
“ Kamu bisa pindah kampus dengan major yang sama dan masalah magang.. aku punya koneksi kalo kamu mau. “
“ Na-ah. Gue gak mau ngerepotin. “
“ Well, kalo berubah pikiran, tinggal bilang sama gue yah? “
Gue hanya mengangguk.
“ Dee, I’m really sorry about what I’ve done to you. Kejadian di restoran di London dan juga di Beaumont. Aku terlalu memaksakan kehendak dan memperlakukan kamu sangat buruk. Maaf yah? “ kata Pete setelah momen hening beberapa menit. Terlihat tulus.
“ Just..jangan diulang lagi. “ kata gue menyerah.
“ Promise. “
Kami berpelukan dan diinterupsi mom. Diledek dengan kata-kata “ baguslah kalian udah baikan ”. Haha! Mom ada-ada aja deh.
“ Alice sayang, Glen. “ kata mom sambil ngasih her cell phone to me. Heh? Glen sampe nelpon ke situ?
“ Hello? “
“ Kay? Aku kesana malem yah? Pemeriksaan nya sampe sore kaya nya. “
“ Iya. Terserah kamu aja. “
“ Kay? “
“ Apa? “
“ No. Nothing. Oke, see ya soon. “
Dingin. Gue terdiam dengan sikap kikuk karena Pete dan mom mandang gue dengan wajah aneh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar