Sabtu, 28 Juli 2012

30 Reasons To Smile - Chapter 70

I wish I could go to London with mum. I miss na and pa soo damn much! Dan itu membuka kemungkinan bisa ke Dublin sebentar untuk nemuin Luke. Yes, Luke, not his da. Menghindari Glen adalah salah satu cara gue menghindari pengharapan yang berlebihan. Dia yang masuk ke hati, gak akan bisa keluar lagi. Itu sih inti nya.
Terlonjak sedikit dari tempat duduk karena di depan gue ada tangan yg ngasih bunga mawar setangkai, dia di luar kubik. Mendongak dan mendapati wajah Mike yang tersenyum lebar.
" Hai. Sudah selesai? Ayo makan siang! Aku traktir karena kamu nyediain sarapan tadi. " kata nya bersemangat.
Gue ambil mawar dan mencium nya.
" Thanks. Sebentar lagi, tunggu aku di sofa ruang depan yah? "
" Oke, hunk. "
Eh? Sejak kapan he-hunk me? Hmmm..pertama kali itu barusan kaya nya. Sayang dia gak liat muka penuh tanda tanya gue ini. Menyelesaikan email lalu dibaca ulang, setelah dikirim, langsung matiin komputer dan grab my bag. Baru berdiri perhatian gue teralih ke bunyi telpon genggam.
" Luke? Kenapa dia telpon? "
Dahi gue berkerut dan memencet tombol untuk angkat telpon nya. Tentu aja sambil jalan ke tempat Mike nunggu.
" Yes, dear? "
" Dee, aku takut. " suara nya bergetar. Gue pun berdiri mematung.
" Honey, listen. Take a deep breath..go on..inhale..exhale.. "
Gue mendengar Luke mengambil nafas panjang dan menghembuskan nya.
" Relax, okay? Kamu takut apa, sayang? "
" Aku takut semua gak suka. "
" Hey, kenapa jadi merasa seperti itu? Listen to me..you did awesome when you show me your piano tunes. Just do your best, don't think about anything else. Mereka suka atau enggak, itu urusan belakangan..lagian they're stupid if they don't like your performance, well, at least itu pendapat aku. Come on, you're talented. Do your best and the rest will follow. "
" Aku takut da gak bangga sama aku. "
" Dari mana kamu bisa ngomong gitu, sayang? Da, apapun yang kamu lakukan, da selalu dan akan terus bangga sama kamu. Kamu harus nya liat saat da cerita keahlian kamu main piano sama gitar waktu itu. Mata nya berbinar-binar. "
" Benarkah? "
" Yes. Mana mungkin aku bohong? Just do it, if you think you'll not gonna make it..take a deep breath and just think about your da's face when he tells you about doing live performance, about music and recording new song. That thing and YOU are his life. All the things that makes him proud. "
" Ye, I remember when he told me about his first gig in US. He seems soo happy and proud about it. "
" You remember his face at that time? "
" Yes. "
" Nah, wajah bahagia itu dikalikan 10. Itu wajah nya waktu cerita tentang kamu. " gue tersenyum.
" Hhhh..okay. I felt a little bit better now. I'll do my best. "
" I know you will nail it! "
" Thanks, Dee. "
" No probs, dear. Goodluck, lof. Not that you need one. "
" Ye. Sorry for bothering you. Have a good day. "
" You're not bothering me lof. Talk to you later. "
Lega karena diakhir obrolan, nada suara nya Luke udah kembali normal.
" Lama banget sih kamu? Siapa yang telpon? " kata Mike yang udah ada disebelah gue.
" Luke. " gue menatap dia, menelaah perubahan wajah nya.
Terlihat tidak senang, tapi akhirnya tersenyum lagi. Lalu dia ngerangkul bahu gue dan kami pergi dari sana.
Selasa dan Mike menarik gue ke salah satu restoran yang dimiliki sama teman nya, penuh tapi kami sudah disediakan tempat duduk khusus. Kekuatan sebuah koneksi.
" Aku sayang sama kamu, dee. " kata Mike lurus-lurus.
Pandangan nya lembut tapi juga tegas. Mata hazel nya terkena cahaya matahari dari luar, kami duduk di dekat jendela soalnya, terlihat jelas warna cantik nya. Bulu mata Mike juga panjang, he's a handsome man indeed. Dia udah pulang ke apartemen nya tadi, baju nya aja udah ganti. Kaos warna biru tua dan skinny jeans plus jaket hitam yang sekarang ditaroh di kursi kosong sebelah nya.
" Aku sebenernya mau ngomong hal ini di tempat yang lebih tenang. Tapi entah kenapa aku gak bisa nahan diri. Terutama liat kamu sedekat itu sama Luke. "
Mike tau Luke anak nya Glen. Gue udah cerita.
" I'm listening. " kata gue.
Sebenernya alibi karena gue gak tau mau menanggapi ucapan nya itu seperti apa.
" Can we be more than just friend? I want to kiss you everyday and hold your hand everytime when we're near tanpa rasa canggung. I really wanna do it because I can see that you want it too, but get a little bit confused..ragu lebih tepat nya. "
Tangan nya Mike meminta tangan gue di atas meja. Gue turutin dan dia pelan-pelan menggenggam tangan gue.
" Did I read you right? "
Well, yea he did. Sayang sama Mike tapi jauh di dalam hati masih ingin sendiri supaya nanti klo Glen sepenuh nya kembali, gue akan milikin dia lagi.
Tapi kan gue memblokir semua akses antara kami yah?
Haduh.
" Aku sayang sama kamu, Dee. "
Mata nya memandang lurus ke mata gue, lalu pesanan datang. Mike melepas genggaman nya saat pelayan menaruh piring beserta hidangan yang kami pesan.
Tiba-tiba chicken salad with feta cheese ini gak terlalu menarik untuk dimakan lagi.
" Do I make you losing your appetite? " kata Mike, muka nya prihatin.
" A little bit, but..kamu kan tau aku gak pernah buang-buang makanan. "
" Yes, itu salah satu yang bikin aku kagum sama kamu. "
" Thank you. " gue tersenyum lalu mulai mengambil suapan pertama.
" Aku bikinin kamu makan malem yah nanti? Di apartemen kamu. "
" Boleh! We need our private space to talk lots of things. "
" Okay. Maaf aku nyinggung hal ini di sini, pas makan siang pula. "
" No probs, Mike. "
Makan siang dilanjutkan dengan topik lebih ringan. Mike menggandeng tangan gue pas dia anter kembali ke kantor. Setelah ini dia akan balik ke apartemen nya, ke supermarket trus masak buat gue. We'll, it will be my first time nyicipin masakan buatan dia.
" Aku.. "
" Hold on. " kata gue sebelum membiarkan dia pergi, ada telpon masuk. Kami di lagi nunggu lift untuk naik. No, gue doang sih yang nunggu lift, dia nemenin gue. Hehe..
Luke.
" Hey, kiddo. How was the show? "
" So you have a secret relationship with my son ya ternyata.. Thanks, Kay. You helped Luke.. "
Glen!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar