Sabtu, 25 Maret 2017

Paleo. (Part 3)

"Ada seseorang yang selalu nelfon ke kantor nyariin elu 2 minggu ini." ucapan Kak Nila membuat saya menghentikan kegiatan saya menjawab tweet pembaca.
Ada nada ragu dalam suaranya.
"Arga?" Cuma satu nama yang muncul di kepala.
"Dudul. Kalo dia nelpon ke kantor, gue bakal lapor polisi. Orang gila. Ninggalin elu trus sekarang giliran dia berantem sama bini nya, dia nyariin elu. Sableng."
"Bisa aja lu Kak! Trus siapa dong? Pembaca gue ga ada yang se-ekstrim itu kaya nya." Kata saya sambil melanjutkan kegiatan saya tadi.
"Elu ga inget si Deri? Yang ngirimin bunga ke kantor tiap hari selama sebulan tahun lalu? Yang ngirimin makan siang juga? Yang selalu nelpon dan minta bukti kalo makanan yang dia kirim udah lu makan?"
Saya langsung tertawa.
Yah, he just obsessed with a person who didn't exist.
"Trus siapa?"
"Gue ga tau, tapi Karla, operator kita, yang nama nya doang kaya bule, tapi ga bisa bahasa Inggris sama sekali, dia bilang kalo yang nyariin elu itu bule."
 
Hah? Jidat saya langsung mengeryit. Siapa? Belum ada novel saya yang dialihbahasa dan tidak mungkin ada seorang native tertarik untuk membaca.
 
Apa mungkin Stephan? But he knows my number. And he can reach me through it. Cuma dia teman saya yang berasal bukan dari Indonesia. Ini sudah 2 tahun semenjak saya pulang dari Swiss, makin ke sini memang komunikasi antara saya dan Stephan kurang baik. Tapi masa dia yang telpon ke kantor? Tapi kalau bukan dia, lalu siapa?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar