Sabtu, 19 Mei 2012

30 Reasons To Smile - Chapter 59

Pagi-pagi di hari Jumat seperti sekarang udah ada di Rockefeller Centre aja ini. Beli bagel sama kopi sambil nunggu Bill muncul. Klo gak demi Bill sih agak males yaaa.. mending langsung ke kantor aja. Tapi demi ini, Bill ngebolehin gue libur sehari di hari jumat. Langka banget.
Seperti nya akan ada show music di sekitar sini, karena di salah satu bagian trotoar jalan komplek ini ada beberapa sound sistem yang diatur sedemikian rupa dengan panggung yang gak terlalu besar. Dan udah ada beberapa orang yang berkerumun di sana.
" Hello, beautiful! " begitu dateng, Bill langsung cium pipi gue.
" Hello, handsome boss. " kata gue lalu nyengir. Bill minum kopi gue sedikit.
" Bosen deh ketemu lu mulu. Kaya nya baru gak ketemu beberapa jam. "
" Do'oh! Semalem yang berlama-lama di restoran siapa? Gara-gara milih cincin nya lama sih! Jadi telat makan di restoran nya. Telat pulang, telat tidur. "
" Haha! Maaf. Tapi kan hari ini lu libur, biar pak boss yang selesein semua kerjaan anak buah nya. "
" Ya iyalah. Ada mau nya. Emang yakin diterima apa? " gue menjulurkan lidah.
" Lu bilang gue salah satu malaikat yang nyasar di bumi? Masa lamaran nya ditolak? "
" Ngelamar nya kurang romantis sih. " kata gue.
" Haha! "
" Yuk! " gue ngabisin kopi dan ngelap bibir gue pake tissue.
" Ayuk! "
Berjalan keluar coffee shop itu dan menuju tempat prosesi.
" Rame banget. Siapa sih yang mau ada show di situ? Eh, today show yah, Bill? "
" Iya, acara today show. Lupa nama band nya tapi dulu pas liat Paul Mc Cartney di NY's City Field, mereka opening act nya. "
" Wah! Pasti band keren yah?! "
" They're good. Gue sama dad kan nonton. "
" Tahun berapa? "
" 2009. Yang waktu itu lu harus ke LA buat nemuin penulis baru, jdi gak bisa ikut. "
"
Oh iya lupa! Dan pas gue udah di New York lagi lu pamer kan? Geez. "
“ Dan lu sempet ngambek segala 2 hari. “
“ Lagiaaannn..Sir Paul kan keren.. “ kata gue sambil cemberut. Masih blom rela. Cowok itu ngerangkul gue.
" Banget! Lu kan tau dad pecinta Beatles dan sedikit menjadi british addict, jadi pas lah sekarang dapet pasangan nya.. " Bill mengerlingkan mata. Gue tertawa.
Kami berhenti dan berdiri di trotoar. Tempat yang pas, karena agak jauh dari tempat today show bikin acara. Jadi, keriuhan yang sudah mulai di sana gak terlalu berpengaruh, malah bagus karena band itu seperti menyanyikan lagu latar untuk momen ini. Hehe..
Mengambil smart phone milik Bill dan cowok itu megang sebuah papan yang sudah ditulisi. Sambil megang sebuah benang.
" That's her! " kata Bill semangat.
Gue merhatiin titik yang ditunjuk Bill, lalu berpaling dan nyentuh bahu nya.
" Goodluck, brother. "
" Thanks, my soon to be sister. "
Tersenyum dan mulai mengarahkan smart phone yang sudah dalam keadaan merekam itu ke seorang perempuan yang berjalan ke arah gue. Tangan kanan pegang smartphone, tangan kiri pegang ujung benang yg satu ujung lain nya udah dipegang Bill yang berdiri di meja kecil yang daritadi dia bawa-bawa.
Clara gak liat klo gue udah berdiri di sana, gue hadang jalan nya sambil bilang hai dan menyerahkan ujung benang yang gue bawa ke dia.
" Ada ap.. " omongan nya terpotong pas gue mundur dan nunjuk Bill.
Clara, pacar Bill 8 bulan ini, terlihat kaget tapi seneng karena Bill membalikan papan yang dia pegang, lalu sedikit menaikkan ujung benang yang dia pegang sehingga perlahan cincin berlian yang semalem kami pilih, semakin mendekat ke arah Clara dan akhirnya tiba di ujung benang yang dia pegang.
Tersenyum malu-malu dan sempat mengedarkan pandangan. Beberapa orang yang lewat berhenti karena menyadari ada seorang laki-laki yang melamar pacar nya di sini. Pemandangan langka yang gak mungkin mereka lewatin begitu aja.
Wajah Bill menyiratkan penantian karena pertanyaan nya di papan belum dijawab Clara. Gue lalu menggerakan bibir gue..
" Say it, Bill. " begitu berulang-ulang sampe Bill ngeh dan akhir nya teriak.
" Clara Evans, will you marry me? " kata Bill lantang. Sampe beberapa orang di seberang jalan mencari-cari sumber suara.
" I will. " kata Clara akhir nya, setelah masih terlihat gak percaya.
Gue terharu dan beberapa orang bertepuk tangan.
Tersenyum lebar begitu Bill terlihat sangat senang dan berdiri setelah memasangkan cincin tunangan ke jari manis pacar nya.
Clara Evans adalah perempuan yang sangat beruntung mendapatkan Bill Adams sebagai calon suami nya.
Gue mengucapkan selamat dan memeluk mereka berdua secara bergantian.
" Thanks for your help, sister. I owe you. " kata Bill sambil nyium pipi gue.
He's Derek's only son. Sosok kakak cowok yang sangat ingin gue punya selama ini. Dia yang mendampingi dan membantu gue beradaptasi dengan kota New York. Mencarikan gue apartemen, mengisi perabotan dan membantu gue membersihkan nya selama 2 hari berturut-turut. Walaupum gue bersikap gak tau diri, cemberut terus dan menyebalkan.

Menerima gue bekerja part time di perusahaan penerbitan nya, dan akhirnya diangkat jadi karyawan tetap karena ternyata dia suka hasil kerja gue. Itu juga setelah beberapa bulan gue akhirnya bisa berdamai dengan diri sendiri.
Dan yang paling penting, tahan akan kelakuan gue yang sangat defensive dan menyebalkan sekali di bulan-bulan pertama di sini. Klo bukan karena Bill, mungkin gue akan kesepian dan merasa gak cocok tinggal di Big Apple. Dan mungkin sekarang gue udah ada di London lagi. Mungkin juga, gue akan jadi rebel sampe sekarang.
Seperti yang gue bilang sebelum nya, dia malaikat yang terjebak di dunia ini. Dibanding mom dan Derek, selama gue di New York, waktu yang gue punya banyak dihabiskan sama dia. Kami itu udah seperti saudara kandung. Dia dari dulu pengen punya adik, dan gue dari dulu pengen punya kakak. Klop.
And I love him.. as my brother. I couldn't ask for more. I couldn't ask for someone else.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar