Sabtu, 19 Mei 2012

30 Reasons To Smile - Chapter 60

" Dee!! “
Kesadaran gue kembali pas Bill narik lengan gue. Eh? Apa yang baru saja gue lakuin? Diklaksonin sebuah taksi karena gue akan menyeberang jalan tanpa lihat kanan-kiri. Semua karena lagu itu. Lagu yang sering sekali gue denger berkali-kali di mana pun gue berada di kota ini. Lagu yang semalem gue denger di toko perhiasan.
" Itu lagu nya. Semalem. " kesadaran gue kembali sedikit demi sedikit.
" Tapi gak sampe nyebrang tanpa liat kiri kanan dong. " kata Bill marah.
" Baru kali ini lu marah sama gue. "
" Yaiyalah!! Cari mati gitu?! Mau ke seberang?? Ayok!! " Bill gandeng tangan gue.
" Eh, Clara mana? "
" Dia udah pamit tadi. Lupa? Astaga! "
Oh, iya. Ya Tuhan, kenapa sampe segitu nya lagu itu berpengaruh ke gue yah?
Bill menggandeng tangan gue dan kami mencapai zebra cross terdekat lalu menyeberang. Mendekati kerumunan orang di acara today show itu. Mulut gue bergumam sendiri mengikuti lirik lagu itu, di bagian-bagian yang gue hapal saja.
Seperti nya gak akan sampe ke deket panggung nya. Lalu gue mendengar pembicaraan sekelompok gadis yang gak jauh dari gue..yang membuat gue melambatkan langkah..
" Oh my God, Glen is sooo fuckin' hot. Danny is a god, but, Glen is just..aarrrgghh.. " kata gadis berambut brunnette itu.
Glen? Danny?
" Kenapa? " kata Bill heran sambil nyentuh lengan gue.
" Ini band yang opening show nya Sir Paul, Bill? "
" Iya. "
" Nama band nya..apa? " tenggorokan gue tercekat. Gak siap sama kemungkinan jawaban yang dikasih Bill akan sama dengan apa yang ada di kepala gue.
Tapi sepertinya Bill gak denger pertanyaan gue itu karena mereka selesai menyanyikan lagu nya dan banyak sekali teriakan dan tepukan tangan. Suara gue kalah sama histeria penonton.
" Tuh ada spot.. " Bill narik tangan gue dengan cepat dan tanpa gue bisa menghindar, melihat mereka.
Danny dengan kemeja kotak-kotak hitam-putih nya dipadu dengan rompi yang terlihat sedikit lusuh, dia terlihat lebih gemuk dari 2 tahun lalu, tapi terlihat lebih menarik. Pipi nya gak terlihat terlalu tirus lagi. Tampan!

Mark yang tetap dengan kepala botak plus jenggot berwarna ginger menggunakan raincoat seperti model jas bajak laut berwarna biru. Dan gue tertawa kecil karena inget paddington bear gue pas masih kecil yang dikasih sama Na, salah satu nya ada yang make jas hujan seperti Mark.
Lalu gue mengalihkan pandangan ke Ben yang terlihat menunduk malu-malu dan buru-buru turun dari stage setelah lagu selesai..menghampiri..Quinner. Oh, jangan lihat ke sini, Quinner!
Gue lalu memalingkan wajah dan memandang satu-satunya laki-laki yang membuat jantung gue berdetak lebih kencang. Laki-laki yang membuat gue melihat dia 5 detik tanpa bernafas sekali pun. Magnet yang menarik seluruh indera yang gue punya.
Hari itu dia terlihat senang sekali, dari tadi gak berhenti tersenyum. Jeans, jaket, kaos yang semua nya berwarna hitam bikin dia terlihat lebih bersih. Tampan sekali. Apa ini karena full 2 tahun belakangan gue gak pernah liat dia? Entahlah. Tapi Glen terlihat jauh lebih menarik berkali-kali lipat sekarang.
Air mata gue menetes. Sejak tadi tertahan dan baru menetes setelah terkumpul banyak di kelopak mata bagian bawah. Baru tersadar kalau gue teramat sangat merindukan dia. Dada ini sesak sekali dan kalau bisa, gue sekarang sudah berlari dan meluk dia erat. I am here, bucket. Kamu gak kangen sama aku? How's life? Your life?
Sepertinya acara sudah selesai dan mereka menyempatkan diri untuk berdiri di depan panggung bertiga. Menyapa yang sudah menonton mereka, dan tanda tanganin beberapa CD punya penonton.
" Nama band nya The Script. Gue ba..eh, Dee? "
Bill heran melihat gue nangis.
" Are you okay? " kata nya sambil merubah posisi berdiri dengan megang dua lengan gue yang sedikit berguncang.
Isakan gue tambah parah dan Bill yang bingung akhirnya cuma meluk gue. Persis seperti malam sebelum kami mulai deket, malam di saat gue sadar, kalau gue udah bersikap gak adil sama Bill. Awal-awal di New York gue defensif sekali sama dia, berkelakuan buruk. Melampiaskan kemarahan dan kekecewaan gue terhadap putusnya hubungan gue sama Glen ke orang yang salah, ke Bill.
" Everything's gonna be okay. " kata nya sekarang sambil ngusap-ngusap kepala gue. Bener-bener sama kaya waktu itu.
Dia gak pernah gue ceritain tentang Glen ataupun Luke. Mungkin mom pernah cerita ke dia, jadi dia juga udah ngerti dan gak nanya macem-maem lagi sama gue, terutama motif gue tiba-tiba ikut pindah ke New York. Gak pernah tau alasan gue menangis malem itu tapi tetep tinggal untuk meluk dan menenangkan gue. Seperti sekarang.
" Take me..away..from..he..re... " kata gue di sela isakan.
Bill membawa gue pergi dan merangkul gue. Gak mau nanti Glen liat, atau siapa pun di antara mereka semua, even Quinner.
Shee yang selalu nelpon gue tiap sekali seminggu pun gak pernah bercerita tentang Glen ataupun The Script. Mereka tampil di Today Show, adalah sinyal bagus. Berarti mereka sudah mulai masuk pasaran Amerika. Hanya dalam waktu 2 tahun? Ah, kurang dari 2 tahun malah.
Salah satu alasan gue ikut pindah ke New York adalah, pasar musik Amerika adalah pasar yang susah ditembus, dengan sendiri nya ini memberi gue waktu untuk tidak melihat, membaca atau mendengar band nya Glen dalam waktu lama. Gue bodoh kalau mengira waktu yang dibutuhkan mereka untuk menembus pasar Amerika itu lama, karena gue sendiri tau mereka itu band yang sangat bagus. Terbukti kan sekarang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar