Selasa, 11 Oktober 2022

Paleo. (Part 8)

 Kedua tangan itu menopang ku yang hampir saja terjatuh dari kursi di coffee shop itu. Entah siapa yang membantu karena pandangan mata ku sedikit kabur tapi aku tahu dari sudut mata ku bahwa dia adalah laki-laki. Dia membantu membuat ku duduk kembali di kursi itu dan tetap memegang tangan ku selama beberapa saat.

"I will hold your hand for five minutes if you don't mind."

In English! Aku pikir tadi orang Indonesia atau setidaknya pegawai yang membawakan ku triple chocolate cake yang membantu ku bangkit, ternyata bukan. I nod dan dia masih memegang tangan ku. Ada hawa hangat menjalar dari tangannya beberapa saat kemudian. Ini membuatku penasaran akan wajah pemilik tangan ini. Pelan-pelan aku mendongak dan mendapati seorang laki-laki berwajah pucat dengan mata biru tua tersenyum samar padaku. 

"I thought that choco cake would make you feel better but I was wrong."

Eh? Choco cake?

"Please relax. Don't think too much." katanya, mungkin karena melihat jidat ku berkerut.

Siapa dia? Kenapa ada kehangatan yang menjalar melalui tangannya?

"Don't think too much."

Lalu aku pun tanpa sadar tersenyum lebar lalu sedikit mendengus. Peramal atau bukan? Sudah dua kali dia memergoki ku yang bertanya-tanya dalam hati. Ini yang bikin aku tanpa sadar mendengus lucu.

"Okay I think you are more relax now. Can I let go?"

Aku menggeleng dan dia tertawa. Tiba-tiba wajah ku memanas, merah ini pasti.

"Haha! I won't let go. I promise. At least for now. I'll give you time. "

Dia duduk di kursi di depan ku. Wajahnya sudah tidak sefokus tadi, sudah lebih santai walaupun memang dari awal ekspresinya santai. 

"It's not magic, it's reiki. I am a reiki master." katanya sambil sedikit menghentak tangan kami yang berpegangan. 

Oh, I know reiki. Pantesan ada energi yang seperti mengalir dari tangannya ke tangan ku. Waktu dia bilang begitu, lesung pipinya terlihat. He's almost 40 I assumed. Aku membersihkan tenggorokan ku yang kering dan coba untuk berbicara. I am calm now.

"Thank you. Now you can let go." kata ku sambil menatap matanya. He stares at me, mungkin memastikan kalo aku udah baik-baik saja.

"Okay. Your voice sounds you are." dia tersenyum lagi.

Sedikit salah tingkah membuat tenggorokan ku makin kering. Begitu tangan mau meraih gelas kopi, laki-laki itu menyuruh ku dengan sopan untuk minum teh di atas meja. Entah kapan ada di sana tapi terlihat belum tersentuh. Setelah meminum beberapa teguk, aku kembali memandangi wajahnya. Senyumnya membuatku tenang.

"I thought we would meet again in a better situation but you know life...unpredictable." katanya. Ada yang khas dari cara bicaranya, dia selalu agak memiringkan bibir sebelah kanannya but I find it cute. Wait, he said "again"? Dan kenapa aku merasa familiar sama barisan gigi dan matanya? 

"Again? Do we know each other?" kata ku sambil membelalakkan mata. Dia tersenyum lagi melihat respon ku.

"Nyon. Paleo."

Mulut ku terbuka secara otomatis.

"Glen?!" suara ku terdengar sangat tidak percaya.

"Yes, Gina."

"Waaahhh..." jadi ini wajahnya Glen?! 

Sekarang aku menutup mulut dengan kedua tangan. He laughs.  

"You finally recognized me."

"Gosh..that's not fair. I met you covered with mudd and stuff."

Lalu tawa nya berdentang sambil mengangguk setuju.

"Yea, my bad. Sorry."

Lalu telponnya berbunyi, dia minta ijin angkat dan aku persilakan. Kalau dari potongan kalimat-kalimat yang dia lontarkan sepertinya dia sedang dicari. Tidak berapa lama kemudian dia kembali fokus padaku.

"I need to catch my flight." katanya dengan wajah menyesal.

"Oh sure. You can go now." kata ku sambil mengangguk-angguk.

"It's nice to meet you again, Gina." katanya sambil memegang bahu kiri ku.

"Yes, definetly. Thanks, reiki master. It helps. A lot."

"Glad to know. Gotta go now. See you."

Glen meluk aku lalu pergi. Punggungnya masih terlihat dan ternyata ada panggilan untuk namanya di bandara ini. Dia telat karena bantuin aku. How sweet is that? 

Aku kembali duduk dengan senyum di wajah. He is cute and sweet but why so dumb, Gina? Gak ada kepikiran buat minta kontaknya dong! Oh, I am that stupid indeed. Menyesali kebodohan ku dengan memukul-mukul kepala beberapa kali sampai akhirnya pegawai coffee shop nyamperin.

"Kak, ini dari bule tadi. Dia yang beliin kakak triple choco cake ini." katanya sambil memberikan kertas kepada ku.

"Life is never sad. Neither good or bad, only thinking makes it so." kalimat yang waktu itu dia bilang di Paleo Festival.

Dan di bawah quote itu, Glen menuliskan nomer telpon selularnya.

You might be dumb Gina but you've met a clever man.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar