Sabtu, 19 November 2011

30 Reasons To Smile - Chapter 3


Pertengkaran sama mom tadi malam bikin gue baru bisa tidur jam 5 pagi. Dan pas mom masuk kamar untuk pamit sambil nyium jidat gue, yang adalah sudah jadi kebiasaan nya, gue pura-pura tidur. Terlalu kesal untuk bisa natap wajah nya tanpa mengingat kejadian semalam. I walked away last nite. Kembali masuk ke kamar dan mendengarkan lagu-lagu di ipod.
Terbangun jam 7:30 dan buru-buru mandi. Hari ini gue masuk kerja jam 9 sampe jam 8 malem. Istirahat 1 jam.
Let’s go to Finglas!!
Naik bus sebentar dan sampe di sana jam 8:45. Tempat ini akan buka 1 jam 15 menit lagi dan sepertinya gue akan langsung mempraktekan apa yang diajarkan kemarin. Kali ini gue takut perut gue akan berontak karena bau alkohol. Seragam yang disamain sama warna khas restoran ini. Kemeja lengan pendek, rambut rapih, boleh dikuncir atau digerai, jeans warna gelap dan sepatu kets. Santai tapi masih terlihat sedikit formal. Menyesuaikan sama tempat nya. Kalo gak salah, seragam pelayan malem sih beda. Sedikit lebih terbuka..eh, bukan..mereka pake rok pendek.
Dikenalin ke beberapa rekan kerja di briefing pagi sama Mr. O’Mallory. Kalo gue dapet rekan kerja yang menyenangkan, bisa dipastikan gue akan betah di sini. Semoga saja.
Nina Fillan, cewek berambut merah pendek yang tinggi nya sebahu gue ini dari awal sudah terlihat sangat ramah. Pas briefing dia langsung mengenalkan diri secara resmi ke gue. She’s also a waiter for the restaurant section, my mate. Dia menjelaskan apa-apa aja yang biasa terjadi di tempat ini. Paling asik katanya klo lagi ada band yang perform. Malem ini kata nya ada. Bagus sekali. Gue terlalu cinta sama musik. Pasti akan sangat menyenangkan bisa liat live music selagi kerja.
Kamis yang lumayan ramai, apalagi pas makan siang. Tapi tempat ini emang selalu ramai sih, jarang terlihat sepi. Gue gak pernah diajak kesini sama mom ataupun dad. Seperti yang mom bilang semalem, dia mengira tempat ini adalah bar. Padahal sih, seksi restoran nya lebih dominan.
Untung nya gue bisa dengan mudah menyesuaikan diri dengan apa yang harus gue lakukan dan menyesuaikan diri dengan semua karyawan di sini. Thanks to Nina, I guess.
Klo ada tamu yang datang, langsung gue dekatin sambil ngasih daftar menu. Mencatat pesanan mereka kalau mereka sudah siap pesan, mengulang pesanan lalu ke deket dapur untuk menyampaikan pesanan itu. Nunggu pesanan siap sambil liat klo ada tamu lagi, nganterin pesanan, melakukan pembayaran ke kasir, membereskan meja dan selesai. Itu sih kerjaan pokok nya.
Klo dapet tip, akan ditaroh di stoples besar dan nanti malem dibagi rata ke semua karyawan, kecuali yang libur.
Get free lunch and it’s a proper lunch. Sangat bersyukur atas semua yang gue dapatkan disini. Dan bagus nya perut gue baik-baik saja sampe sekarang. Mudah-mudahan sih sampe malam.
Shena’s calling..
“ Hey, girl. What’s up?? “ kata gue begitu angkat telpon. Lagi santai setelah makan.
“ I hate you Deena Allison Kayleigh Lynch Spencer!!!! “ kata nya setengah teriak.
“ What?? What I’ve done?? “ kata gue bingung. Nina yang duduk di depan gue juga terlihat bingung.
“ Gak nganggep gue sahabat lu lagi yah?? Kemana aja, Kay ?? “ Shena selalu manggil gue dengan nama ‘Kay’ dari kecil.
“ Ohh..sorry, Shee. I’ve been busy. Cari kerjaan dan sekarang..gue udah kerja di The Bottom Of The Hill as a waiter. “
“ Seriously?? Kemana janji kita kuliah bareng tahun ini?? “ kata Shee..gue terdiam. Lalu terdengar dia menghembuskan nafas berat.
“ Oh..sorry, Kay. You know, my dad can help you with this. A loan, maybe. “ kata Shee. Gue tersenyum. Dia selalu ada buat gue.
“ I’m cool. Tahun depan pasti gue nyusul lu kuliah kok, tenang aja. “
“ Aaahhh..another  next year. Gue lupa lu itu keras kepala yah..hehe.. “ kata nya. Mungkin udah inget klo gue selalu nolak setiap dia mengemukakan ide ini.
“ Haha..shut up, Shena the warrior princess. “
“ Hihi..kapan kita bisa ktemu?? I miss you like hell!! “
“ Hey. I’m cooler than hell. “
Kami berdua ketawa. Mau nya sih lari ke rumah sahabat gue itu dan kami seharian di kamar nya. Udah sebulan ini dia sibuk dengan kuliah tahun kedua nya. Ambil bisnis biar bisa nerusin perusahaan sang ayah. Dia itu emang keluarga kaya dan mereka punya usaha di bidang real estate dan property, bahkan mungkin sudah melebar ke bidang yang lain. Klo satu perusahaan bangkrut karena resesi pun, masih banyak perusahaan yang lain.
Gak bisa ngobrol lama karena tugas sudah menanti. Gue lalu dengan berat hati menyudahi obrolan sama sahabat gue itu. Kembali ke loker karyawan. Merapikan penampilan lalu kembali bekerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar