Sabtu, 26 Maret 2011

Teh Tarik - Chapter 3

Huuhhh... ini dua orang koas kenapa sering banget mengganggu waktu gue buat tutup warung, sih? Datang cuma untuk minum dan ngobrol doang aja. Haduuuh... dua hari sekali pasti begitu. Senin, Rabu, dan sekarang Jumat. Selalu begitu. Daripada emosi, mendingan gue lanjutin baca Maryamah Karpov-nya Andrea Hirata. Entah kebiasaan atau apa, gue harus mengulang membaca sebuah buku sebanyak minimal dua kali, baru afdhol. Terdengar lagu Baby-nya Justin Bieber mengalun di radio pada pukul 11.15. His songs always catchy, jadi tanpa sadar kita ikut nyanyi atau goyang.
Dua orang itu, yang satu lagi, yang tingginya nggak beda jauh sama gue, baru hari ini gue melihat wajahnya sekilas. Oriental guy. I'm not that into them, but he is cute, hehe. Tapi, tetap aja gue nggak pernah berani melihat atau memandang wajah orang yang gue nggak kenal.
Tiba-tiba lagu Paramore yang The Only Exception diputar di radio. Huaaa.... Lagu yang indah banget dari mereka. I love their songs dan lagu ini super keren. Di album Riot, gue suka Misery Bussiness dan di album mereka yang kedua, lagu inilah favorit gue. Gue sangat menikmati setiap alunan nadanya. Just beautiful. Gue masih memegang buku Maryamah Karpov, tapi udah nggak gue baca lagi. Sudah cukup bacanya, nanti malam aja gue lanjutkan lagi.
Sepuluh menit kemudian, akhirnya mereka pergi. Masih aja gue mengangguk, I mean... menunduk terus. Tapi saat gue menaruh gelas di tempat cuci piring, gue sedikit menengok ke jalan. Dia, cowok oriental itu baru saja lewat dan dia... tersenyum ke gue. Ehem... hahaha... nggak jadi kesal, deh kalau gitu. Si penghalang gue untuk tutup warung cepat itu senyum ke gue dan ternyata dia lumayan manis. Aduh... baru sekali ini saya bilang cowok Oriental itu lucu. Hahaha...

Hmm... besok weekend ngapain, ya?
Oh iya, Sabtu ini mau nonton Backalley di salah satu SMA di Pejaten. Sebenarnya malas karena ini pensi (pertunjukkan seni) dan nggak kenal satupun anak SMA disitu, tapi demi mereka, jalan deh. Musik keren harus didukung. Gue tahu mereka sejak akhir 2007 lewat Oz Radio. I love their music a lot, dari cuma lagu demo sampai sekarang udah ngeluarin album, gue berusaha untuk datang ke setiap performance mereka. Paling rajin sih setahun belakangan ini. Rajin karena mendukung musik berkualitas, juga mendukung bunch of nice guys. They are nice, apalagi sang vokalis yang memasukkan nama gue di Thanks To cover album mereka and they promised me one of their official merchandise. Hehehe...
"Mbak, nanti Senin kamu yang muter ke kost-kostan, ya. Adik kamu harus fokus belajar." Kata Nyokab.
"Ohh... ya udah." Pasrah, harus mengemban tugas adik gue karena dia harus ikut ujian remedial. Hmm... kerjaan nambah untuk sementara waktu.
Pada dasarnya, gue itu nocturnal : produktif di malam hari dan suka begadang. Nonton DVD, baca buku, or simply just watch the TV until dawn. Tapi cuma berani saat weekend doang, karena gue nggak harus bangun pagi di hari Sabtu dan Minggunya. 

Sabtu, sekitar jam sebelas, gue udah siap-siap mau pergi nonton Backalley. Berangkat setelah Dzuhur, kira-kira jam setengah satu karena mereka akan perform jam dua siang. Gue akan bertemu Sylvia juga disana... alasan lain yang membuat gue semangat adalah juga karena bisa bertemu sahabat gue itu. 
Eh eh... ternyata pensinya sepi parah. Ckckck... ini anak-anak yang buat pensi malah nggak hadir, cuma panitia mereka doang mungkin. Pensi yang menurut gue agak gagal, karena yang perform aja ngaret. Hmm... untung aja band favorite gue itu tetap menunjukkan aksi yang terbaik walau cuma sempat nyanyi dua lagu. Selama menunggu dua jam itu, gue memanfaatkan waktu untuk mengobrol dengan Sylvia. Selalu ngobrol hal-hal tentang percintaan, pandangan hidup, dan prinsip kita berdua. Nggak selalu sama, tapi biasanya setelah kita omongin dan saling berdiskusi, we will end up berkesimpulan yang bisa diterima kita berdua. Hari ini yang kita obrolin adalah hal-hal yang bisa membuat kita, at least berusaha, untuk menyudahi perasaan kita kalau naksir seorang cowok. Ada dua faktor sih yang harus membuat kita menyudahi perasaan kita pada orang tersebut: first: pacar atau suami orang. Second: berbeda agama. Bagi beberapa orang, faktor terakhir kadang diabaikan dan mereka akan tetap menjalani hubungan itu. But for me, itu harga mati. Karena, lebih baik patah hati saat masih sekedar naksir daripada menuruti untuk berpacaran, terus kita makin sayang, lalu masalah tersebut mengemuka. Fatal kalau menurut gue. Lalu alasan lainnya, karena gue nggak mau membuat orang lain pindah agama hanya karena gue atau karena hal seperti cinta laki-laki pada wanita dan sebaliknya. Untukku agamaku, untukmu agamamu. 
Alhamdulillah, sampai sekarang gue selalu bisa membuat perasaan gue nggak berkembang kalau naksir cowok dengan situasi di atas. Agama yang sama juga alasan kenapa gue naksir cowok, selain fisik. Dan... I don't know why, I never fall to oriental look guy. Mungkin karena belum ada cowok oriental yang menarik hati gue. No offense by the way. Kalau cewek-cewek oriental beda. They always look beautiful. Malah kadang kalau melihat pasangan yang sama-sama oriental, pasti ceweknya lebih cantik. Haha... iyalah. Masa lebih ganteng. Benar-benar nggak bermaksud ngomongin etnis, but it's just me. Selera orang beda-beda dan maaf kalau menyinggung. Mungkin aja pendapat gue berubah di kemudian hari. We'll see...
Gue pergi ke berbagai tempat lagi setelah pensi di Pejaten itu, lalu pulang dan santai-santai di malam Minggu. Besok, seperti biasa, bantu-bantu nyokab di pekerjaan rumah dan persiapan membuat makanan yang besok akan dijual. It seems like I only have Saturday to take a rest, right? Makanya gue jarang keluar rumah kalau nggak ada keperluan yang penting-penting banget. Bisnis makanan memang butuh tenaga ekstra. Dan karena itu juga, weekend terasa cepat. Pasti tahu-tahu udah Senin lagi. Huaaa.... I need longer weekend!
Weekend ini agak berbeda pada hari Minggu-nya. Menenangkan. Odiee sedang punya masalah dengan Papanya yang menurut gue terlalu kaku. Selalu begitu. Masalahnya cuma satu, sang Ayah yang lebih memilih mendengarkan dirinya sendiri daripada mendengarkan si anak. Urusan lain mungkin bolehlah, tapi dalam urusan pendidikan, ini kan juga berhubungan dengan minat si anak. Nggak bisa dipaksakan karena akan ada masalah di kemudian hari nanti, entah anaknya yang jadi nggak bersemangat belajar karena pendidikan yang diambil nggak sesuai minatnya, ataupun masalah lain. Untungnya setelah menumpahkan unek-unek di telpon sambil sesekali terisak, adik kecil gue itu bisa tenang dan kita pun melanjutkan komunikasi via sms because she is trying to talk with her father about what she wanted.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar