Minggu, 27 Maret 2011

Teh Tarik - Chapter 5

Senin yang melelahkan. Banyak yang beli dan nggak berhenti-berhenti dari pagi. Capeknya lumayan, apalagi kalau ada pembeli yang cerewet atau nawar-nawar harga. Ini makanan, ya, bukan pakaian jadi. Kayaknya makanan di warung gue udah serba murah, lebih murah dibanding warung-warung lain yang ada di kanan dan kiri. Gue baru bisa duduk jam sepuluh pagi setelah berdiri dari jam tujuh kurang. Huaaah... Alhamdulillah tinggal nunggu beberapa makanan yang tersisa untuk laku, baru deh tutup.
Menghibur diri dengan pergi ke dunia maya sambil mendengarkan lagu-lagu Indonesia yang mengalun dari radio, perut gue mulai lapar. Tadi nggak sempat makan apapun. Gue baru baca timeline teman-teman gue di twitter sebentar, udah ada pembeli datang. Asik! Dibeli semua. Hore... hore... ayo tutup. Capek. Mau istirahat sebentar, makan. Hohoho... nyokab udah masak sayur sop, perkedel kentang, plus sambal ulek mateng. Nyammm...
Gue tidur sebentar sehabis sholat Dzuhur. Capek banget. Benar-benar sebentar, karena harus bangun, bantuin nyokab siap-siap masak makan malam yang harus dianter ke kost-kostan. Haaah... Ngantuk banget. Bengong nggak penting dulu, baru akhirnya bangun. Gue nyapu dan ngepel rumah sementara nyokab mulai meracik bahan-bahan makanan. Abis Maghrib nanti baru diantar. Ayo semua... cepatlah selesai. I need some time to sleep (again) hehe.

"Eh, tumben udah ada di rumah, No?" Tanya gue begitu sampai di rumah Bu Bestari dan mendapati Nino ada di rumah.
"Iya nih... Tadi izin bentar, maksud gue izin pulang lebih awal." Jawab Nino.
"Kenapa? Lo sakit?" Tanya gue memandang wajahnya sambil menaruh dan menata makanan di meja makan.
"Enggak, kok. Ada perlu aja. Eh, ternyata urusannya cepat selesai. Ya udah, akhirnya pulang. Wah, balada udang! Asik nih." Katanya dengan wajah sumringah. Gue tersenyum. "Tiap hari elo aja yang nganter, Dee. Kalau Didit mah cuma ditaruh doang di atas meja, kan. "
"Hahaha... Nggak bisa begitulah."
"Seminggu doang ya? Ujian adik lo?"
"Iya. Dua minggu gue harus berkeliaran. Soalnya dia mesti fokus belajar dari seminggu sebelumnya."
"Ohh... gitu." Nino manggut-manggut.
"Eh, gue ke kostan satu lagi dulu, ya?"
"Sip! Thanks ya udah ditatain makanannya."
"Sama-sama."
Padahal cuma gue pindah-pindahin dari box plastik susun yang gue bawa doang. Kalau malam memang nggak dikotak-kotakin. Mereka senang begini. Saat gue keluar rumah, gue nggak sengaja menabrak seorang cowok. Ardi. Cowok Oriental itu.
"Maaf... maaf... Gue buru-buru nih, jadi nggak lihat. Nggak apa-apa kan lo?" Tanyanya.
"Nggak pa-pa. Masih berdiri tegak, kan?!"
"Hehe... iya. Gue masuk dulu, ya."
Gue mengangguk lalu berbalik, masih perlu ke satu tempat lagi. Yukk mari...
Waktu perjalanan pulang dan melewati rumah Bu Bestari lagi, Ardi keluar. Masih memakai jas putih.
"Balik lagi ke rumah sakit?"
"Iya. Pulangnya jam sepuluh. Barusan nih, ambil ini..." Dia tersenyum sambil menunjukkan kotak makanan.
"Ohhh..."
"Kalau nggak gitu, jatah gue diembat sama si Arab, Amir bahlul."
Kami tertawa bareng. Ternyata si Arab itu namanya Amir. Mulai sekarang nyebutnya Amir ya, jangan si Arab. Nanti memicu perkara, hehe. 
Gue mengobrol lumayan banyak karena rumah gue memang di sebelah tempat Ardi magang, training, PKL, atau apalah namanya, makanya kami bisa jalan beriringan. He's a nice guy... so far. Boleh lah... eh, boleh apa nih maksudnya? Haha...

Gue masuk kamar jam sembilan malam. Mau apa ya sekarang? Nggak punya novel baru untuk dibaca. Mau nungguin lanjutan Maryamah Karpov, tapi masih bulan depan. Ada sih, buku yang baru sepertiga bagiannya gue baca, tapi bosan dan gue nggak minat untuk meneruskannya. Judulnya The Host karya Stephenie Meyer. Gue sedang mengincar buku Negeri Lima Menara, nih. Kapan, ya ke toko bukunya? Paling enak sih naik busway ke Gramedia Matraman. Tempatnya kan super gede banget. Pasti lengkap.
Gue mau tidur sebenarnya, tapi sepertinya butuh sedikit hiburan dulu. Gue nyalakan radio dan TV, lalu mencari acara yang menarik. Kalau gelombang radio mah, gue gak pernah gonta-ganti. Sebenarnya mata udah berat, tapi badan capek banget. Saking capeknya, jadi malah nggak bisa tidur. Atau emang udah kebiasaan tidur agak malam? Aaah... Gue harap bulan depan pas ada World Cup, gue bisa lihat semua pertandingannya. Paginya tepar pasti, hehehe.
Saat gue ngecek handphone, ternyata ada telepon dari Sylvia malam itu, merencanakan sesuatu untuk gathering Oz Club Sabtu ini. Aaah... I can't wait to see the girls. I miss them. Sepertinya sih gue bisa datang. Mudah-mudahan bisa, nanti yang nganter dinner ke kost-kostannya adik gue aja, hehe.
Setelah selesai ngobrol, gue ngubek-ubek koleksi novel gue. Mau baca ulang yang mana ya? Hmm... Hmm... Aaah... Eclipse aja deh. Kan sebentar lagi filmnya keluar. Bulan Juni tanggal 30. Mudah-mudahan di Indonesia juga keluar tanggal segitu. Telat satu atau dua hari aja nggak apalah.
Udah jam setengah dua belas aja. Ayo tidur. Mudah-mudahan besok rejekinya lancar. Ahh... besok nganterin sarapan. Aaah... kurang tidur ini saya. Haduuh...
Malam itu gue mimpi udah hari Sabtu dan kita gathering di lantai tiga Oz Radio, terus pindah nonton Backalley perform entah dimana, tapi outdoor gitu. Hehe... udah pengin lihat mereka tampil lagi nih, sepertinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar