Rabu, 04 Januari 2012

30 Reasons To Smile - Chapter 33

Semakin mendekati jam 7 pagi, gue semakin gelisah. Glen blom siuman. Gimana ini? Konsentrasi belajar gue sedikit buyar. Hari ini gak ada yang nemenin gue jagain Glen. Sore kemarin Mark dan Danny datang lagi. Mark kembali cerita tentang kejadian 2 tahun kebelakang. Cerita-cerita itu seperti membuat puzzle utuh di kepala gue. Dan seperti sebuah naskah film drama yang sangat penuh dengan cerita. Drama yang Glen gak mau gue ada di dalam nya. Terlalu melindungi.
Jam 5:20 am.
Dari sofa pindah ke deket Glen. Buku yang dari semalem gue baca, gue taroh gitu aja. Duduk di sebelah kasur sambil megang tangan nya. Kepala nya yang masih di perban, seperti apa itu. Gue gak pernah tega klo liat suster lagi ganti perban nya. Sementara suara mesin yang berbunyi mengikuti detak jantung nya Glen jadi irama di kepala gue. Terbiasa denger suara itu.
Pantes aja Glen gak mau gue terlibat di drama hidup nya, gue perempuan cengeng dan lemah ternyata.
“ I’m going to London at 7, love. But I’ll be back this afternoon. Please..can I see your beautiful dark blue eyes when I’m back? I miss you and it’s slowly killing me. “
Mulai meneteskan airmata. Jangan lama-lama koma nya, sayang. Udah hampir 3 hari gini..gak kangen sama Luke yah? Dia kangen banget sama kamu tau. Aku juga.
Hah, dee..
You’re such a weak girl. Gue cium tangan nya. Airmata gue membasahi telapak tangan Glen. Gue taroh telapak tangan itu di pipi gue. Sedikit lebih dingin dari yang gue inget waktu itu.
“ Nanti klo kamu bangun..kaya nya kamu harus foto staples di kepala kamu itu deh, love. Klo kamu butuh motivasi, kamu bisa liat luka itu..bersyukur klo kamu masih selamat. Bersyukur karena kamu nurut sama daddy kamu untuk ke rumah sakit. Bersyukur karena gak lebih parah dari ini. Bersyukur gak kedua telinga kamu yang bermasalah. Aku bersyukur kamu masih bisa bernafas, masih bisa hidup. Bersyukur masih dikasih kesempatan untuk bilang klo.. I love you, Glen Joseph Power. Always am, always will. “
Gue berdiri dan mencium bibir nya yang setiap hari gue kasih pelembab biar gak kering. Hangat sekali. Kamu hidup, sayang. Jidat nya juga gue cium, pipi nya, mata dan bibir nya sekali lagi.
“ Nanti klo aku kembali, kamu harus bales ciuman aku yah. Klo aja kamu bangun, pasti aku akan marah karena kamu gak bales ciuman aku. Hehe.. Anyway, aku mau ujian dulu. Doakan aku dapet nilai bagus yah, love. Sekarang aku mau mandi. Hehe.. “
Gue berbalik dan liat mom di ambang pintu. Sepertinya gue salah liat, mom matanya berair?
“ Mom, sejak kapan berdiri di situ? “ kata gue.
“ Baru aja kok. Sana mandi, mom jagain Glen. “ katanya, lalu meluk gue.
“ Okay. Good morning, mom. “
“ Morning, baby. “
Harus semangat, dee. Harus bisa ujian dan dapet nilai bagus. Di pesawat nanti harus belajar yang bener. Biar Glen bangga.
Selesai mandi, di luar udah ada Helen sama Pete juga. I kiss her cheeks dan siap-siap berangkat ke bandara. Oke..harus bisa ninggalin Glen. Ini sekali-kalinya aku ninggalin kamu yah, sayang.
Mencium bibir nya sebelum pergi.
“ You owe me kisses n hugs, sleepyhead. Wake up, we need to go to Grafton Street n sing I’ll Stand By You together. Yea, you and me. Or Where A Street Has No Name? You can pick one. I love you, Glen. Wish me luck, dear. “ gue bisikin itu di telinga kanan nya.
Ngambil buku-buku dan tas bahu gue lalu pergi setelah pamit sama Helen dan mom. Gue mau dikabarin apa-apa aja perkembangan selama gue disana.
“ Take care of him like you taking cares of me, mom. “ kata gue.
“ I will. Don’t worry. Pikirin aja ujian kamu, dear. “
Gue mengangguk dan meluk mom lagi.
“ Thank you. “ kata gue.
“ Apapun yang buat kamu bahagia, dear. “
Pergi dari tempat yang udah kaya jadi rumah gue hampir 3 hari belakangan ini dan melihat matahari setelah sekian lama. Oh..seperti drakula yang baru keluar dari sarang nya.
Sampe bandara dan masuk pesawat, gak ada berita tentang Glen. Oke..gak ada berita berarti baik kan? Gue pun matiin my mobile then bersiap take off. Bersiap belajar.
Mulai membaca modul setelah pesawat udah ada di ketinggian.
“ Hey, Kay. I miss you too. “
Gue tersentak. Gue ada dimana? Oh. Pesawat. London. Pete disebelah gue agak kaget.
“ Are you okay? Tadi lu ketiduran. Gue gak berani bangunin. Mau minum? “ katanya.
Gue ngangguk, lalu tersenyum. Barusan mimpiin Glen tersenyum ke arah gue sambil membentangkan tangan nya.
“ Hey, Kay. I miss you too. “ gue memejamkan mata sambil merasakan yang punya suara itu ada di sebelah gue. Terlalu nyata kedengaran nya.
Ini kedua kali nya gue denger suara Glen di mimpi gue sejelas ini. Pertama waktu dia status nya jadi koma itu, tapi sekarang? Ahhh… mudah-mudahan kali ini pertanda baik.
“ Alice.. “ kata Pete. Dia ngasih gue gelas dan sebotol air mineral.
Gue ambil gelas nya dan dia nuangin air untuk gue. Minum dan kembali belajar. Mudah-mudahan mimpi gue tadi pertanda. Seperti selama ini, mimpi gue selalu memberitahukan sesuatu. Ini sebuah harapan Glen akan bangun dari koma nya. Amen to that.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar