Selasa, 10 Januari 2012

30 Reasons To Smile - Chapter 39

Kebiasaan gue kalau lagi mencukur rambut atau jenggot ayah waktu dulu adalah bersenandung. Dan sekarang..kebiasaan itu ternyata masih berlaku. Gue menyenandungkan lagu Signal Fire nya Snow Patrol selagi membenarkan model rambut nya Glen. Lagu itu terlalu sering gue denger di cafeteria rumah sakit belakangan ini, entah yang muter di speaker cafeteria itu terobsesi sama lagu nya atau terlalu mencintai snow patrol, tapi emang lagu itu bagus sekali dan gue suka sama lirik nya. Nada nya sengaja gue lambatin sedikit.
Mencukur jenggot nya..sedikit membentuk jambang nya yang jadi seperti Elvis Prestley sekarang.

The perfect words never crossed my mind. Cuz there was nothin' in there but you. I felt every ounce of me screaming out. But the sound was trapped deep in me. All I wanted just sped right past me. While I was rooted fast to the earth. I could be stuck here for a thousand years. Without your arms to drag me out.
 

“ Kamu bisa konsentrasi nyukur sambil nyanyi gtu? “ muka nya G terpantul di kaca. Khawatir.
Gue cuma tersenyum penuh arti sambil kembali merhatiin kepala nya. Dan nyanyi lagi..

There you are standing right in front of me. There you are standing right in front of me. All this fear falls away to leave me naked. Hold me close,cuz I need you to guide me to safety. No, I don't want to wait forever. No, I don’t want to wait forever.

Rambut dan jambang sudah..lalu jenggot sekarang. Gue berdiri di depan Glen. Sedikit merubah posisi kursi nya dia.
Gue tersenyum. Sebenernya jenggot nya gak terlalu bermasalah sih, tapi dia bilang mau terlihat bersih kamis nanti. As you wish, dear. Mulai memberikan shaving cream di rahang nya. Muka kami sangat deket. Dan gue beberapa kali tersenyum karena Glen nya juga tersenyum.
Gue kembali bersenandung.

In the confusion and the aftermath. You are my signal fire. The only resolution and the only joy. Is the faint spark of forgiveness in your eyes.

Sepertinya lirik lagu ini pas sekali. Entah kenapa tadi yang teringat di kepala adalah lagu ini. Mungkin karena lagu ini adalah soundtrack film spiderman dan sebelum masuk kamar mandi gue nyebutin salah satu tokoh superhero juga kali yah? Hmmm..emang udah terkontaminasi sama lagu ini di kafetaria seperti nya.
“ Okay. Here we go. “
“ Semoga Tuhan melindungi. “
Haha! Gue mau konsentrasi jadi ketawa denger celetukan Glen. Gue mengepalkan tangan lalu nempelin berulang-ulang ke jidat nya.
“ Kamu nih..membuyarkan konsentrasi aku aja. “
“ Haha..sorry. “
“ Oke. Just shut ur beautiful mouth up. “ kata gue. Eh,dia nyengir.
Gue menghela nafas panjang, lalu mendekatkan muka gue ke muka nya lagi. Cukuran pertama..kedua dan gue udah mulai santai lagi. The thing is..sangat susah bekerja di bawah tatapan mata terindah yang paling gue suka di dunia ini. Susah. Mendingan tadi nyukurin rambut atau jambang nya aja. Tapi lebih mudah nyukur jenggot, karena gak perlu rapih, I mean..yang penting rata aja. Klo rambut atau jambang kan bentuk nya harus bener. Sedangkan jenggot, yang penting bersih.
“ Oke. Tinggal dibersihin sisa shaving cream nya. “ kata gue ke Glen. Berdiri lagi. Huah..membungkuk agak lama bikin pegel juga yah?
“ Kay..bentar deh..ini liat. “ Glen nunjuk salah satu bagian di dagu nya.
“ Apa?? “
“ Kok ini perih yah? “
“ Hah?? “
Panik. Gue mendekatkan wajah gue ke dagu nya. Melihat apa ada luka disana. Jidat gue berkerut, mata mengeryit.
Tapi ternyata..he steal a kiss from me. Hih!! Nakal. Glen cuma ketawa.
“ Nakal. “
“ Haha..thank you, dear. I look awesome. Kamu juga. Hehe.. “ dia nunjuk muka gue.
Aaahh..ada shaving cream di pipi gue. Langsung gue bersihin. Lalu ngebersihin wajah nya Glen.
“ Oke. Done. Handsome. “ gue tersenyum sambil menyingkir supaya Glen bisa ngaca.
“ I am. “ kata nya.
Kami berdua ketawa. Lalu perhatian kami teralihkan karena ada suara dari luar.
“ Liat gih, Kay. Aku nanti keluar sendiri. “
“ Beneran gak papa kamu? “
“ I am superman. Hihi.. “
“ Haha.. Okay. “
Gue keluar sambil sempet megang rahang nya. Glen tersenyum sambil megang tangan gue.
Kirain yang dateng suster atau dokter. Ternyata seorang perempuan berambut pirang yang sangat cantik dan terlihat anggun sekali dengan summer dress dan blazer pas badan nya.
“ Can I help you? “ kata gue.
“ Hey. I’m Karen. “ kata nya sambil ngangsurin tangan.
“ I’m Kay. “ gue jabat tangan nya.
“ Glen Power dirawat di kamar ini kan? Dimana dia? “
“ Oh. Iya. Glen masih di kamar mandi. “ gue nunjuk pintu kamar mandi sambil tersenyum.
Wajah Karen sedikit heran. Mungkin karena tadi gue juga keluar dari sana.
“ Mau saya panggilkan? “ kata gue lagi.
“ Gak usah. Saya nunggu dia keluar aja. “ dia tersenyum.
Karen ini seperti bukan orang Eropa. Aksen nya juga agak aneh. Blom pernah gue denger yang seperti itu. American? Maybe.
“ Oh. Baiklah. Silakan duduk. “ kata gue mencoba ramah.
Karen duduk di sofa lalu bertanya lagi..
“ Maaf, kamu siapa nya Glen? “
Suara dari pintu kamar mandi bikin gue nengok dan gak menjawab pertanyaan Karen. Kalau pun gue harus jawab, gue mau jawab apa?
“ Tuh kan Kay..aku superman. Hehe.. “
“ Hey, Glen. “ kata Karen.
Glen pun mengalihkan pandangan dari gue, melihat orang di sofa dan wajah nya.. Apa arti dari ekspresi nya itu?
“ Karen?? “ wajah nya kaget dan..entah apa arti ekspresi nya itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar