Minggu, 11 Desember 2011

30 Reasons To Smile - Chapter 12

“ It’s Power. “ kata nya setelah kami selesai berciuman. Jidat gue berkerut.
“ Nama belakang aku, sayang. “ kata nya sambil nempelin jidat nya di jidat gue. Barusan dia panggil gue apa?? Muka gue panas.
“ Seriously?? “
“ Haha..yes. Ada lagi yang mau kamu tau?? “
“ Semua. “ kata gue excited. Tersenyum malu.
Glen narik tangan gue. Mau kemana?? Dia hanya diam dan kami pun masuk mobil nya. Merasakan genggaman tangan nya. Menyenangkan sekali. Gue mau hanya tangan ini yang genggam tangan gue seumur hidup. So, jadi ini official yah?? Klo gue pacaran sama ayah seseorang. Dan pacar pertama gue adalah Glen. Mungkin cinta pertama gue juga. Bukan mungkin, tapi emang iya. Rasa nya beda sama pas kencan sama Liam dulu. Beda banget.
“ Kita mau kemana?? “ kata gue ke Glen yang mengemudikan mobil nya dengan senyum penuh arti. Gue gak bisa nyembunyiin perasaan seneng gue, tersenyum terus daritadi.
Laki-laki di sebelah gue cuma geleng-geleng kepalanya lucu. Ah, bikin gemes!!
“ Ah, kamu nih!! Main rahasia-rahasiaan begini jadinya?? Mending aku tadi masuk rumah trus tidur. “ kata gue pura-pura marah.
“ Haha..I promise, ini lebih baik daripada tidur. Kamu gak mau ngabisin waktu sama aku?? Gak kangen?? “
“ Hah? Kangen? Kemaren juga ketemu, ngapain kangen?? “ gue meletin lidah.
“ Serius?? Ya udah kita pulang aja yah?? “ dia ambil ancang-ancang mau putar balik mobil nya.
“ Yah..jangan dong. I mean, udah terlanjur gini.. “
“ Huuuu..ngeles nya bisa deh. “
Glen narik jaket gue. Haha..gak nyampe tuh mau jitak kepala gue. Udah berkilah duluan gue.
Ternyata ke salah satu Dublin’s landmark, Father Mathew Bridge. Lebih dikenal sebagai Dublin Bridge. Duduk di pembatas tinggi antara sungai dan jalan, menikmati sungai Liffey. Canggung. Tadi begitu keluar mobil, Glen udah ngegandeng tangan gue. Salah tingkah!
“ Better than sleeping. Are you sure?? “ kata gue ke Glen yang duduk di sebelah gue. Memicingkan mata.
“ Cos you’re with me. Agree? “ kata nya sambil ngebelai pipi gue.
Udara yang sedikit dingin dan tangan Glen yang hangat, membuat ada sensasi unik tersendiri di pipi gue dan itu menjalar ke seluruh tubuh. Lalu dia berdiri dan pindah posisi, di depan gue. I hug him. Terlalu grogi untuk mandang wajah nya. Bodoh memang, tapi ya gitu deh..
“ I can’t take you to a fancy restaurant or movies or else. Aku hanya bisa ngasih kamu kencan sederhana seperti ini. Murah dan gratis. Aku hanyalah laki-laki miskin yang masih membangun karier musik aku. Dengan semua fakta itu, kamu masih mau kencan sama aku?? “ kata nya sambil mandang mata gue. Tatapan nya gak bisa bikin gue berbohong.
“ Klo itu adalah masalah buat aku, aku pasti bakal mundur dari awal, Glen. Aku percaya suatu saat, akan tiba waktu nya buat kamu. Saat yang tepat, orang-orang yang tepat yang akan ngebuat karir kamu lebih bagus dari sekarang. Kamu itu berbakat. Kamu mesti percaya hal itu. Tetap lah berusaha, bukan buat aku..tapi buat diri kamu sendiri dan..buat anak kamu. “
“ Kamu udah tau tentang Luke?? “
“ Nama nya Luke?? Lucky Luke. “ kata gue. Eh, rambut gue malah diacak-acakin sama dia.
“ Luke Power dong, sayang. “ kata nya lucu.
“ Hehe..he’s Lucky Luke, lucky cos he has a daddy like you. “ gue tersenyum.
“ Is he?? Aku musisi miskin gini. Kerjaan gak jelas dan ngamen di Grafton Street pula. “
“ Hey!!! Apa yang aku bilang tadi?? Akan tiba waktu kamu jadi orang hebat, musisi hebat. Semua butuh proses, sayang. Listen to me. And believe it. Believe in yourself. “ kata gue sambil megang 2 rahang nya.
“ Listen to yourself!! Kamu bener baru 20 tahun?? “ kata Glen. Lalu kami ketawa.
Glen kenal banyak musisi dan sering kerjasama sama mereka, pasti suatu saat nanti mereka lah yang membantu karier musik nya dia.
Menghabiskan waktu disana berdua aja. Banyak berbicara tentang Glen dan Luke. He’s just 4 years old. Glen ngasih tau foto Luke yang ada di dompet nya. Such a cute little boy.
Yang ngasuh Luke itu ayah dan ibu nya Glen, rumah mereka hanya berjarak 4 blok dari rumah nya.
Dia bilang sejak kami pergi ke Stephen’s Green Park Desember akhir tahun lalu, seharian, dia udah mulai mau bilang klo dia sayang sama gue. Tapi dengan keadaan nya yang sekarang, dia gak percaya diri. Ditambah dengan status nya yang punya anak satu sedangkan gue masih berumur 20 tahun. Masih kecil, katanya. Gue langsung protes!!
Jadi maklum aja klo Glen sepertinya menggantung gue. Temen yang lebih dari temen tapi kadang dibikin bingung.
“ Maaf ya aku baru bilang sekarang. No secret anymore. “
“ Thank you. “ kata gue tulus.
“ Buat? “
“ Karena akhirnya berani bilang. Karena mau kencan sama aku. Aku juga gak sempurna. Kamu tau dad aku bunuh diri, ibu aku single mom..tapi kamu tetep aja mau kencan sama aku..akhirnya. Kita saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing aja klo gtu.. “
“ Nah..kan. kamu beneran 20 tahun? 35 tahun kali yah? “ kata Glen sambil narik hidung gue.
“ Aaahhh…sayaaannggg.. “
At the end of the day, I fully agree with what he said earlier, it’s better than sleeping.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar