Sabtu, 24 Desember 2011

30 Reasons To Smile - Chapter 24

Bukan Scotland, tapi Peter Darcy.
Dia nemenin gue jalan-jalan keliling pedesaan dalam diam. Hutan kecil deket rumah besar nya Shena. Atau duduk di pinggir sungai. Kebanyakan gue diam dan dia cerita apa aja. Kadang bersenandung. Dia gak marah klo gue bengong dan gak menimpali apa yang dia ucapkan. Dia hanya ada disana, nemenin gue klo Shena males keluar. Mungkin takut gue nyasar atau diterkam serigala hutan atau hewan buas lain nya.
Dia bersikap sebagai kakak yang baik. Melindungi.
No..gue gak secepat itu berpaling dari Glen. Sepupu nya Shena itu emang gue kenal juga dari kecil, dia charming dan adorable. Tapi gue udah nganggap dia kakak. 2 minggu disana sama dia dan Shena bikin gue merasa lebih baik. Pete yang punya stok cerita lucu banyak selalu bisa bikin kami berdua ketawa. Awalnya gue masih numb, tapi malam ketiga disana..Pete muncul dengan dandanan ala Boy George dan gue pun gak bisa nahan diri lagi. Ketawa terus.
Malam nya, Shee udah tidur duluan dan gue duduk di dekat perapian sambil minum hot chocolate, lalu dia muncul.
Dengan senyum memikat dan mata coklat nya yang terang dia mandang gue.
“ Tadi itu baru Alice yang gue kenal. Ceria. You have a very beautiful smile if you didn’t know. “ kata nya. Duduk di hadapan gue.
Dan entah kenapa gue gak protes waktu Pete manggil gue “Alice”. Rambut warna champagne nya ikal dan mengkilat. Terawat sekali seperti rambut Shee.
He kissed me once. I didn’t feel anything. Entah kenapa. Hanya saja “the thing” itu gak ada disana. Setelah itu dia gak pernah mencoba lagi.
“ Kata Shee lu mau kuliah? Di London aja yuk! Kayanya Shee juga mau lanjutin kesana. Kita bisa bareng bertiga. Tinggal di satu apartemen. Pasti enak! “
“ Tabungan gue blom cukup, Pete. “ kata gue, masih beragumentasi.
“ Paman kan mau kasih lu beasiswa. Klo pun lu gak mau, anggap aja itu pinjaman, nanti klo udah selesai, lu bisa kerja di salah satu perusahaan paman buat bayar pinjaman atau kerja di tempat lain. Dia udah anggap lu kaya anaknya, kaya saudara perempuan nya Shena. Kenapa gak mau nerima tawaran itu selama ini? Mumpung masih muda dan ada gue plus Shena di London. “
“ I don’t know. “ kata gue. Ragu. Mulai memikirkan klo itu adalah ide yang bagus, London.
“ Just say yes. Klo lu gak mau tinggal sama dua sepupu gila, lu kan bisa tinggal sama kakek-nenek lu. Ya kan? “
Obrolan itu bikin gue mikir tambah serius. Bikin gue inget tulisan Glen di surat perpisahan kami. Gue harus meraih impian gue, gue harus kuliah.
Dan siapa tau klo gue ada di London, gue bisa cari Glen.
Ah, Dee! Bisa dibunuh sama Shena.
2 minggu berikut nya, kami udah kaya 3 serangkai. Mereka berdua bantu semua persiapan gue kuliah di universitas yang sama dengan mereka. Gue akan ambil komunikasi sementara Shena kan kuliah nya Manajemen dan Pete ambil pasca sarjana.
Klo bukan karena mereka, mungkin gue gak akan diterima secepat ini.
Mom setuju karena gue akan tinggal sama nenek-kakek di London. Nanti klo ada waktu dan uang, gue akan main ke Dublin.
Jadi fix, gue keluar dari The Bottom Of The Hill. Tempat bersejarah gue sama Glen. Sangat susah berpisah sama temen-temen gue disana, apalagi Nina. Gue meluk dia dan kami nangis berdua. Nanti gue akan kesini lagi. Gue janji.
“ Klo liat Glen atau ada kabar dari dia, lu bisa kasih tau gue kan yah, Na? Gue udah nulis nomer telpon gue dan nomer telpon rumah Grands ke elu. Or email me. Anything. Can you do that for me? I need to see him. Cuma untuk minta penjelasan kenapa dia ninggalin gue doang. “
“ Okay. Will do it, girl. Oh..I’m gonna miss you. “ katanya lalu meluk gue sekali lagi.
Pamitan sama semua dan Adam juga adalah perpisahan gue paling berat. Semua orang disini, terutama dia sepertinya tau ada apa sama gue dan Glen. Dia pernah bilang klo gue sama Glen itu cocok banget, seperti memang sudah ditakdirkan bersama.
“ If both of you’re meant to be..you’ll mean to be. Believe it, Dee. Dia seperti itu bukan karena dia gak cinta sama elu. Percaya sama gue. “ kata nya.
“ Gue harap juga begitu, Adam. Doakan saja yang terbaik. “
“ I will. Dengan semua yang sudah terjadi, kalian berdua berhak atas akhir bahagia. Klo gak bersama, mungkin sama orang lain. Tapi gue pasti kasih tau elu klo ada kabar dari Glen. “
“ Thanks. I appreciate it. “
Jadilah gue musim panas tahun ini pindah ke London. Kehidupan kampus, here I come.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar